Kekerasan Seksual di Sukabumi Masih Tinggi, Anak Jadi Sasaran Empuk

ilustrasi pencabulan anak

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Kasus kekerasan seksual anak di Kabupaten Sukabumi, masih tinggi. Terbukti, data yang tercatat Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) sepanjang 2019 sebanyak 19 kasus dengan 39 korban.

Dari informasi yang diperoleh Radar Sukabumi, 34 kasus dengan 39 korban ini rinciannya, 4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan 4 korban, 19 kekerasan seksual anak dengan 24 korban. Ditambah lagi, 2 kasus traficing dengan 2 korban serta 9 kasus lainya dengan 9 korban.

Bacaan Lainnya

“Kalau dibandingkan dengan kasus lainnya, kekerasan seksual terhadap anak memang paling mendominasi,” kata Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Yani Jatnika Marwan kepada Radar Sukabumi, Jumat (5/7).

Yani mengaku miris karena tak dipungkiri, korban kekerasan seksual mayoritas dari kalangan pelajar. Menurutnya, menyikapi banyaknya korban melibatkan anak yang masih duduk di bangku sekolah ini, tentunya perlu penanganan secara serius dari semua elemen.

Mulai pemerintah, sekolah, orang tua dan masyarakat. Sebab, tanpa adanya perhatian semua unsur tentunya akan sulit. “Khusunya orang tua, jangan pernah lengah dan perlu benar-benar memperhatikan anaknya,” pintanya.

Bagi korban kekeran seksual sambung Yani, P2TP2A melakukan pemdampingan berupa trauma healing dari psikolog serta pendampingan hukum hingga kasus tersebut selesai. “Kami berupaya melakukan pendampingan bagi korban kekerasan seksual dan kasus lainnya,” paparnya.

Lagi-lagi Yani meminta, masyarakat khsusunya para orang tua memperhatikan anaknya. Hal itu, untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan. P2TP2A Kabupaten Sukabumi juga saat ini tidak hentinya menggencarkan sosialisasi perlindungan anak baik di setiap sekolah maupun diinstansi lainnya.

“Kami terus berupaya mensosialisasikan perlindungan anak khsusunya di setiap sekolah. Karena memang, banyak korban yang melibatkan pelajar. Tentunya upaya ini juga perlu didorong semua lapisan masyarakat agar bisa lebih memperhatikan anaknya. Sehingga, dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.

(bam/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *