Ini Sejarah Mengapa Sampai ada Israel di Sukabumi

Reporter : Abi Husna

SUKABUMI-Nama Israel tentu sudah melekat di telinga dan benak kita. Apalagi sejak Presiden Amerika Serikat ke 45 Donald Trump mengumumkan jika dirinya mengakui Kota Yarussalem sebagai Ibukota Israel, nama Israel kian akrab saja di telinga masyarakat dunia.

Bacaan Lainnya

Pun dengan masyarakat Sukabumi, nama Israel rasa-rasa sudah akrab sejak negara itu terus melakukan berbagai bentuk kekerasan dan intimidasi guna menguasai tanah Palestina.

Hanya tentu belum  banyak masyarakat Sukabumi tahu kalau di Sukabumi ada seorang warga oleh ayahandanya sendiri diberi nama Israel. Sebuah nama yang sepertinya dulu hingga sekarang paling dibenci umat Islam dunia terutama muslim Palestina.

Dialah Israel (37), seorang warga Perumahan Puri Cibeureum Permai 2 Sukabumi. Lahir dan besar di Sukabumi dan sama sekali tidak memiliki garis keturunan darah orang Israel atau darah Yahudi.

Nama Israel yang disematkan kepada dirinya oleh almarhum ayahnya, tidak lain hanya sebuah rasa terima kasih dari pengalaman yang tak terlupakan yang dialami ayahnya sewaktu ayah kali pertama menginjakkan kaki di negara Palestina.

“Bapak saya seorang pelaut, bapak saya bekerja di kapal pada bagian mesin. Bapak saya biasa keliling dunia, dan saat itu pernah singgah ke Negara Palestina. Di situlah sejarah nama Israel diberikan kepada saya,”terang Israel kepada radarsukabumi.com,Senin (18/12).

Lebih jauh, putra sulung dari tiga bersaudara dari pasangan almarhumah Eha Julaeha dan almarhum Djoni Giu ini menceritakan, nama Israel didapatnya sewaktu bapaknya melaut ke Negara Palestina, sekitar tahun 1978. Sewaktu bersandar di Palestina, sebagaimana pelaut kebanyakan, ayahnya menggunakan waktu yang cukup singkat untuk berkeliling di sekitaran daerah Palestina. Mungkin terlalu bersemangat dalam menikmati jalan-jalan di Palestina. Ayahnya ungkap Israel sampai lupa untuk membawa bekal makan siang.

“Nah, sampai pada kondisi tidak dapat menahan lapar, pada saat kondisi tersebut, kebetulan ada tentara Israel yang cukup berbaik hati untuk berbagi makanan untuk sekedar pengganjal perut ke ayah saya. Meski makanannya tidak banyak, tapi bagi ayah saya, makanan itu merupakan penyelamat di saat kondisi lapar yang tidak tertahan. Sampai pada akhirnya ayah saya mengeluarkan pernyataan, jika memiliki anak laki-laki, akan aku beri nama Israel,”ungkap Israel menceritakan sejarah asal muasal namanya.

Pemberian nama Israel terhadap dirinya pun sebenarnya kata dia sempat menjadi perdebatan hebat di internal keluarga besarnya. Terlebih, Tahun 1980, dengan nomor aktanya 20, nama Israel sudah didaftarkan dalam catatan akta kelahiran oleh ayah dan ibunya di Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sukabumi. (dulu masih Kotamadya Tingkat II Sukabumi).

Akta lahir milik Israel atau Isra Yanuar Giu masih tercatat di Kantor Kependudukan Catatan Sipil Kota Sukabumi/foto/dokpribadi.

Singkat cerita, nama Israel pun di tahun 1985 diganti menjadi Isra Yanuar Giu. Dari sejak itu hingga detik ini, keluarganya, rekan-rekan serta orang-orang terdekatnya memanggilnya dengan nama Isro bukan Israel.

“Dalam kontek nama yang diberikan oleh orangtua saya. Tentu saya sangat menghargai dengan pemberian nama tersebut, karena ada unsur sejarahnya. Akan tetapi dalam kontek negara Israel yang mengambil kedaulatan sebuah negara, ini sudah mencederai kedaulatan sebuah negara, dan saya mengutuk aktifitas tersebut,”kata Israel saat ditanya bagaimana perasaan diberi nama Israel dengan nama negara Israel yang dimurkai umat Islam seluruh dunia.

Dari catatan yang ada, nama Israel sebenarnya bertolak belakang dengan aktivitas kehidupan Israel atau Isra. Israel di sana di Palestina berperangai kejam, bengis dan menjajah ke rakyat Palestina. Tapi Israel di Sukabumi ini, orang humanis, cukup agamis dan kadang humoris. Di kalangan para aktivis dan rekan-rekannya dekatnya, Isra merupakan mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dan, sampai kini pun Isra menjadi salah satu pengurus Kesatuan Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sukabumi.

Bahkan, Isra pun mengaku di tahun 2000 lampau, dirinya sempat aktif mengikuti perkumpulan jamaah tablig atau lebih dikenal dengan jamaah khuruj, sebuah perkumpulan jamaah yang menghidupkan berbagai amalan sunnah Rosulloh dengan metode dakwah yang biasanya dilakukan dari rumah ke rumah dan dari masjid ke masjid dengan berjalan kaki dan dipimpin oleh seorang Amir atau pimpinan halaqah.

Pekerjaan Isra merupakan konsultan penyusun dokumen Amdal. Ia adalah salah satu konsultan di Sukabumi yang sudah memegang sertifikat kompetensi penyusun dokumen Amdal.

Penelitian, survey dan diskusi ilmiah, baik soal sosial, persoalan lalu lintas, lingkungan maupun kajian pergerakan Islam merupakan rutinitas pria yang baru memiliki dua orang anak ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *