Dua WNI Ikut Jadi Korban

penembakan di Selandia Baru

CHRISTCHURCH – ”Hello brother (hai saudaraku),” suara tersebut terdengar dari pintu Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru. Tak jelas siapa yang melontarkan sapaan itu kepada Brenton Tarrant yang baru melangkah ke pekarangan tempat ibadah itu.

Namun, dia seperti tak ingin berprasangka buruk kepada pria jangkung yang sedang membawa senapan semi otomatis.

Bacaan Lainnya

Namun, yang terjadi dalam enam menit kemudian merupakan targedi nahas yang disiarkan langsung di media sosial. Tarrant yang mengaku datang dari Australia itu menembakkan peluru pertama untuk pria yang menyapanya.

Kemudian, dia menyelusuri lorong sampai ke ruang ibadah sambil terus memberondong jamaah.

Saat itu, masjid memang sedang ramai karena masuk waktu beribadah salat Jumat. Usai suara rentetan peluru, teriakan langsung terdengar. Pelaku berusia 28 tahun itu menembaki pria-pria yang berusaha kabur lewat jendela samping.

”Saya hanya berdoa kepada Tuhan, tolong buat dia kehabisan peluru. Dan dari balik pagar, saya melihat dia mengganti senjatanya,” ujar Mahmood Nazeer, salah satu korban selamat kepada TVNZ.

Selama enam menit video tersebut, Tarrant keluar masuk masjid sambil terus memainkan lagu Fire dari band rock The Crazy World Of Arthur Brown.

Memastikan semua orang yang berbaring meninggal dengan menembaki satu per satu. Sebelum dia masuk kembali ke mobilnya, dia juga menembak mati perempuan yang berada di trotoar. ”Tolong saya. Tolong saya,” ujar perempuan itu sebelum dieksekusi dengan sadis.

Dia kabur meninggalkan 41 muslim meninggal. Tak lebih dari 10 kilometer dari Al Noor, serangan serupa juga terjadi di Masjid Linwood. Serangan tersebut menewaskan delapan orang. Salah satu diantaranya sempat sekarat dan dibawa ke rumah sakit.

Pemerintah Selandia Baru merasa frustasi. Selama ini mereka terkenal sebagai salah satu negara paling toleran di dunia. Mereka sangat mengayomi 46 ribu muslim yang ada di negara mereka.

”Jelas bahwa ini adalah aksi teroris. Mereka mengincar komitas imigran kami,” ungkap Ardern lansir BBC.

Namun, justru itulah yang membuat Tarrant, pria asal Australia, memilih Selandia Baru. Pria yang merencanakan aksi bejat sejak dua tahun yang lalu.

Dia sengaja pindah ke negeri kiwi untuk berlatih. Di sana, dia akhirnya memilih kota Christchurch yang sangat damai. ”Dia memilih kami (Selandia Baru) bukan karena kami sarang teroris. Tapi karena kami masuk adalah simbol keberagaman dan kebaikan,” ujar Ardern.

Tarrant sudah dituntut dengan kasus pembunuhan massal. Selain dia, masih ada tiga pelaku lainnya yang masih dirahasiakan. Mereka harus bertanggungjawab atas terbunuhnya 49 orang termasuk dua diantaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

Sebelum melancarkan serangan Tarrant sudah berkoar tentang serangan itu. Dia bahkan merilis manifesto 74 halaman berjudul The Great Replacement.

Menunjukkan rasa fanatis pada gerakan sayap kanan ekstrem. Sayangnya, beberapa yang selama ini dipuja tak balik memuji dia.

”Ini adalah pembantaian yang mengerikan. AS akan mendukung semua langkah Selandia Baru untuk menyelesaikan masalah ini,” ujar Presiden AS Donald Trump. Dalam Manifesto Tarrant, Trump merupakan salah satu tokoh yang dipuji.

Tindakan Trump diikuti oleh banyak tokoh dunia. Mulai Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Ratu Inggris, Paus Fransiskus. ”Kami memberikan solidaritas kami terhadap korban dari aksi keji tersebut,” ujar Sekretaris Vatikan Pietro Parolin.

Jelas, setelah peristiwa tersebut, otoritas Selandia Baru meminta agar komunitas muslim lebih berhati-hati. Dalam beberapa hari kedepan, mereka diharapkan untuk tak keluar ke sembarang tempat.

”Bagi yang ingin ke masjid dimanapun di Selandia Baru, saya usulkan untuk mengurungkan niat. Tutup pintu Anda rapat-rapat sebelum dapat kabar dari kami,” ujar Komisioner Kepolisian Selandia Baru Mike Bush.

Langkah yang sama juga ditempuh oleh Pemerintah Negara Bagian Queensland, Australia, dan Pemerintah Kota London, Inggris. Semua khawatir bahwa aksi tersebut bakal memicu penganut garis keras lainnya ikut beraksi.

Di tengah semua itu, Tarrant mengakhiri manifestonya dengan pernyataan. Apakah anda menyesal melakukan serangan ini? ”Tidak, saya hanya menyesal karena tidak membunuh lebih banyak orang-orang itu,” tegas pria yang mengidolakan pembunuh massal asal Norwegia Anders Breivik itu. (bil)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *