Data dan Fakta Korban Mbah Slamet asal Sukabumi, Terungkap Dari Pesan Terakhir

Dukun Pengganda Uang

SUKABUMI – Salah satu korban pembunuhan dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah, Paryanto (54), dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Selamanjah, Desa Batu Nunggal, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi pasa Selasa (04/04).

Kepala Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Gery Imam Sutrisno kepada Radar Sukabumi mengatakan, korban pembunuhan Paryanto yang diketahui menjadi kunci utama terungkapnya kasus pembunuhan berantai dukun penganda uang di Jawa Tengah itu, benar adanya berdomisili di wilayah Desa Karangtengah, tepatnya di Kampung Pasar, RT 01/RW 03. Namun, yang bersangkutan telah lama pindah ke daerah Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi,

Bacaan Lainnya

“Jadi, rumah korban di wilayah Desa Karangtengah, dalam keadaan kosong dan rusak serta tidak berpenghuni. Sementara, rumah aslinya di Cibaraja, Mansion Kecamatan Cisaat, lokasi rumahnya tidak jauh di terminal arah ke bawah deket toko pancingan,” kata Gery kepada Radar Sukabumi pada Selasa (04/04).

Berdasarkan koordinasi pemerintah desa bersama aparatur setempat dan tokoh warga di Karangtengah, bahwa jenazah Paryanto dikabarkan tiba di lokasi TPU Selajamah sekitar pukul 07.00 WIB yang diantarkan dengan menggunakan dua mobil ambulanc dan jenazahnya, dimakamkan sekitar pukul 09.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. “Informasinya, prosesi pemakaman jenazah itu dihadiri juga oleh sejumlah perwakilan keluarga korban pembunuhan itu,” bebernya.

Salah satu perwakilan keluarga korban yang hadir dalam upacara pemakaman, Narni, mengaku kaget dengan insiden yang dialami saudaranya. Pihak keluarga juga mengira bahwa jenazah korban itu, akan dimakamkan di daerah Banjarnegara. Namun, setelah koordinasi dengan keluarga, akhirnya jenazah tersebut dimakamkan di Sukabumi. “Saya mengetahui saudara itu meninggal di Banjarnegara dari grup Whatsapp keluarga. Iya, awalnya saya mengira mau dimakamkan di Jawa, saya datang dari Bandung untuk ikut hadir di pemakaman,” tandasnya.

Sementara itu, anak korban, GE (15) mengatakan, bahwa ia pertama kali mengantar ayahnya yang menjadi korban pembunuhan dukun pengganda uang ke Banjarnegara, Jawa Tenagh, pada Juli 2022 lalu. Ia, juga mengaku sudah tujuh kali mengantar ayahnya itu untuk menemui Mbah Slamet atau Tohari (46) yang diketahui sebagai dukun pengganda uang tersebut dan terakhir ia mengantar ayahnya ke Banjarnegara pada akhir tahun 2022 lalu.

“Nah, yang terakhir tidak ikut. Awalnya saya tidak tahu, bahwa ayah saya itu pergi ke Banjarnegara itu, untuk mengikuti ritual penggandaan uang. Jadi, awalnya, saya mengira ayah itu pergi ke Banjarnegara itu untuk kepentingan bisnis,” katanya.

GE juga mengaku, tidak banyak mengetahui apa yang dilakukan oleh ayahnya dengan Mbah Selamat itu. Lantaran, setiap melakukan ritual bersama Mbah Selamat, ia tidak ikut dan disuruh menunggu di tempat yang berbeda-beda. ” Kalau mau ritual, saya disuruh nunggu, kadang di SPBU atau di hotel dan terkadang saya menunggu di mobil,” imbuhnya.

Karena mencurigakan, ia kerap kali mengingatkan ayahnya untuk berhenti ikut-ikutan ritual penggandaan uang bersama Mbah Slamet itu. Namun, peringatan GE tidak diindahkan oleh ayahnya hingga Paryanto dibunuh secara kejam oleh Mbah Slamet bersama 10 korban lainnya. “Ayah saya susah diingatkan akhirnya ditemukan meninggal dunia setelah mengirim pesan suara dan membagikan lokasi di aplikasi perpesanan WhatsApp,” tandasnya.

GE awal mula mengetahui ayahnya menjadi korban dugaan pembunuhan berantai itu, bermula dari voice note sang ayah kepada kakaknya. Saat itu, GE mulai merasa curiga kepada ayahnya dalam kondisi terancam.

Lantaran, dari suara ayahnya melalui voice note tersebut mengatakan, bahwa jika Paryanto tidak ada kabar atau pulang sampai hari Minggu. Maka, disarankan membawa aparat ke Banjarnegara.

“Pesan itu dikirim oleh ayah pada Kamis (23/03) sekitar pukul 00.54 WIB. Nah, dari situ saya berenam dari Sukabumi langsung berangkat ke lokasi Jawa Tengah,” bebernya.

Menurut GE, awalnya pesan dari ayahnya itu berisi lokasi Mbah Slameti. Paryanto mengirimkan lokasi itu kepada pihak keluarganya, karena menaruh kecurigan dan dikhawatirkan terjadi hal yang tak diinginkan.

Terlebih lagi, selain mengirimkan pesan teks, Paryanto juga mengirimkan voice note kepada pihak keluarganya. Dalam rekaman itu, diketahui suara parau Paryanto terdengar. Setidaknya ada tiga rekaman yang dikirim Paryanto pada keluarganya.

Pada rekaman tersebut, Paryanto mengatakan, ia ketakutan di Banjarnegara, karena sempat dibawa ke hutan oleh Mbah Slamet. Bahkan, Paryanto mengaku sempat meminum air kemasan yang diberikan oleh Mbah Slamet.

“Jadi, ayah saya itu dikasih minum Pocari Sweet dan bawaannya ngantuk terus. Dalam voice note itu, ayah saya kaya mabok dan ngomong sendiri seperti orang gila,” imbuhnya.

Setelah itu, tepatnya setelah satu pekan pada Jumat (31/03), ia mendapatkan kabar bahwa Mbah Slamet telah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dari situlah terungkap jasad ayahnya dikuburkan, disusul dengan korban lainnya yang dibunuh secara brutal oleh Mbah Slamet.

“Saat itu, saya tidak sempat melihat wajah ayah. Saya bersama keluarga menunggu di Polres Banjarnegara,” bebernya.

Sementara itu, Kuasa Hukum keluarga korban Paryanto, Heri Purnama Tanjung mengatakan, kasus pembunuhan yang menimpa pada Paryanto itu, ditegaskannya sudah masuk pada kategori pembunuhan berencana.

Untuk itu, proses hukum akan terus berjalan dan ia mewakili pihak keluarga korban, akan terus mengawal kasus tersebut untuk meminta keadilan agar pelakunya dapat dihukum sesuai dengan perbuatannya.

“Iya, ini sudah sangat jelas masuk pada pembunuhan berencana. Karena, mulai dari penggandaan uang sampai pembunuhan itu, modusnya penipuan atau 378.

Jadi, semua korban itu, awalnya menagih janji kepasa dukun itu. Namun, semua korban yang nagih kepada dukun itu, telah dibunuh,” jelasnya.

Ketika disinggung mengenai jumlah kerugian, ia menjawab. Bahwa berdasarkan informasi yang ia terima, bahwa total kerugian korban telah mencapai Rp90 juta.

Hal ini, dapat dibuktikan dari mutasi rekening milik korban. Terlebih lagi, barang-barang milik korban yang menjadi barang bukti, telah dibuang oleh dukun tersebut ke beberapa daerah. Seperti, Handphone dibuang di kali Cirebon.

Sementara, mobil rental yang digunakan korban di simpan di Wonosobo.

“Ini pelaku harus dihukum setimpal. Karena, ia telah melakukan pembunuhan secara berencana dan beruntun. Selain itu, hasil autopsi diketahui bahwa korban telah meninggal akibat kehabisan nafas. Karena, korban dikubur hidup-hidup oleh tersangka,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait