Cerita Keluarga Korban Gempa Kalapanunggal yang Selamat Dari Maut

SELASA petang 10 Maret 2020 pukul 17,18 WIB kemarin. H Ana (58) dan anak istrinya berserta cucunya sedang berdiam diri didalam rumah. Hanya hitungan detik terjadi goncangan yang dahsyat hingga menguncang seluruh ruangan rumah. Seketika, H Ana beranjak menyelamatkan diri, belum sampai keluar rumah dua tingkat tersebut runtuh hingga menimbun dirinya bersama anggota keluarga lainnya.

Laporan : Handi Salam – Sukabumi

Bacaan Lainnya

Kesedihan mendalam terlihat dari muka H Ana dan keluarga saat disambangi wartawan radar sukabumi, luka memar dan sobekan dibeberapa bagian tubuhnya belum mengering. Sesekali, dirinya melamun mengenang saat-saat dirinya terkubur dibawah reruntuhan selama 30 menit. Kepada Radar Sukabumi, dirinya menceritakan bagaimana awal terjadinya gempa yang menerjang Kampung Nanggerang RT (13/05) Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal.

Kejadian gempa berkekuatan 5,1 Magnitudo begitu cepat terjadi, saking cepatnya H Ana tidak sempat menyelamatkan diri dari bangunan rumah yang berukuran 10 kali 7 meter tersebut. “Waktu itu saya sedang diruang tengah, tiba-tiba terjadi gempa keras. Saya melihat TV berguncang seperti bola, saya langsung melarikan diri lewat depan rumah, belum sampai diluar saya sudah tertimpa bangunan rumah dua kali mengenai bagian kepala hingga tersungkur kelantai, “cetusnya saat bercerita

Setelah tertimpa reruntuhan, beberapa menit dirinya tidak sadarkan diri, kemudian saat sadar dibagian kepala sudah terasa keluar darah. Beruntung, anggota badan dalam kondisi tidak cidera parah. Ada sikitar 3 meter dirinya tertimbun didasar rumah bagian depan, untuk keluar menyematkan diri membutuhkan 30 menit berjuang dengan mencari celah-celah dari reruntuhan.

“Sedikit demi sedikit saya bergerak, saya menggunakan handphone untuk pencahayaan. Karena kondisi didalam sudah gelap, hidung sudah tertutup debu penglihatan tidak jelas. Namun, berbekal doa dan kenyakinan saya terus berusaha. Saya sempat teriak beberapa kali minta tolong, namun tidak terdengar warga yang berada diluar, baru setelah beberapa meter saya berusaha keluar saya mendengar suara warga, kemudian saya berteriak minta tolong “terangnya.

Setelah terdengar terikan oleh warga yang menolong, dirinya langsung dievakuasi, sayangnya evakuasi itu tidak berjalan baik, karena beberapa anggota tubuhnya yang sebagian terjepit.

“Dikasih minum dulu, sebelum saya dikeluarkan dari reruntuhan, baru kemudian setelah itu setelah berhasil keluar saya dievakuasi ke Rumah sakit terdekat, “bebernya.

“Waktu itu, saya bernafas secara teratur, hidung saya sudah dipenuhi debu, saya sudah berfikir inilah ajal tiba, namun alhamdulilah saya masih selamat, “jelasnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, untuk anak ketiga atas nama Andi Maulana (18) saat itu posisinya dilantai dua, pas sedang turun dari tangga anaknya keburu tertimpa puing-puing bangunan hingga terjatuh ke bawah, di bawah dirinya bertemu dengan ibunya Mimin (53) bersama cucunya Salsabil Amarah (11).

“Ya posisi Andi itu dilantai dua, dia turun dan keburu tertimpa puing, sebetulnya cucu saya Salsa itu mau mengikuti saya keluar lewat depan rumah, namun keburu runtuh dia kembali dan mengatakan kepada istri saya bahwa saya sudah tertimbun, anak istri dan cucu hanya 10 menit tertimbun, dan berhasil keluar lewat belakang rumah dari bantuan warga, “tukasnya.

Akibat kejadian ini, seluruh baju dan barang berharga tidak tersisa satupun semua tertimbun rata dengan tanah. Untuk beristirahat dirinya saat ini menumpang dirumah tetangga. Proses evakuasi perataan rumah miliknya sudah dilakukan oleh petugas gabungan dengan mendatangkan alat berat. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *