6 Ribu Rumah di Kebonpedes Masih Kumuh

MINTA DIBANTU PEMERINTAH: Kondisi bangunan Rutilahu milik Abduloh (61), warga Kampung Babakan Pamoyanan, RT 1/9, Desa Bojongsawah, Kecamatan Kebonpedes, yang diisi 10 jiwa.

KEBONPEDES — Program bantuan rumah tidak layak huni (Rutilahu) yang diluncurkan pemerintah pusat dan daerah, nampaknya belum menyentuh semua kalangan masyarakat di pedesaan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya warga tidak mampu yang tinggal di Rutilahu. Seperti halnya di wilayah Kecamatan Kebonpedes, terdapat 6 ribu rumah yang kondisinya memprihatinkan dan belum mendapat bantuan Rutilahu.

Hal demikian disampaikan oleh Camat Kebonpedes, Ali Iskandar, bahwa ribuan Rutilahu ini telah tersebar di lima desa yang ada di Kecamatan Kebonpedes. Yakni, Desa Sasagaran, Kebonpedes, Bojongsawah, Cikaret dan Desa Jambenenggang. “Namun, berdasarkan persentasi jumlah penduduk dan luas wilayah, bahwa paling banyak Rutilahunya ada di Desa Bojongsawah,” jelas Ali kepada koran ini, kemarin (3/2).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, mayoritas kondisi rumah warga yang masuk dalam kategori Rutilahu ini berukuran 7 x 8 meter. Kondisi bangunannya, selain banyak genting yang bocor dan dinding serta atap yang terbuat dari anyaman bambu, juga banyak yang terkelupas akibat dimakan usia.

Sehingga ketika hujan deras dan angin kencang, dikhawatirkan ambruk. “Untuk itu, kita tengah melakukan pendataan dan melaporkan kondisi rutilahu ini kepada pemerintah terkait. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, bangunan rutilahu tersebut dapat segera direnovasi,” paparnya.

Sementara itu, seorang warga Kampung Babakan Pamoyanan, Rt (1/9) Desa Bojongsawah, Kecamatan Kebonpedes, Abduloh (61) mengatakan, pihaknya bersama keluarganya yang berjumlah 10 jiwa tinggal bertahun-tahun di bangunan rutilahu yang berukuran 9 kali 6 meter. “Saat hujan lebat air banyak masuk ke rumah. Selain gentingnya bocor, juga dindingnya banyak yang bolong, sehingga angin pun masuk tanpa pembatas,” katanya.

Pihaknya mengaku, tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi rumahnya yang nyaris ambruk tersebut. Untuk menafkahi keluarganya, ia hanya mengandalkan buruh serabutan. “Saya tidak sanggup untuk melakukan renovasi rumah, untuk memberi makan keluarga saja sudah beruntung,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *