Ponpes Tarbiyatul Aaulad, Syiarkan Islam di Kawasan Tempat Hiburan Malam

PONPES TARBIYATUL AULAD
TEKAD SYIAR ISLAM: Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad yang berada di kawasan Tempat Hiburan Malam (THM) tepatnya di Kampung Cibolang Baru RT 04/ 02, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

PALABUHANRATU – Hanya dua modalnya. Yaitu nekad dan tekad mengurangi kemaksiatan. Alhasil, KH Khudori mendirikan sebuah Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad di Kampung Cibolang Baru RT 04/ 02, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Menariknya, ponpes yang didirikan dua tahun lalu dibangun di kawasan Tempat Hiburan Malam (THM). Hal menarik lainnya, Khudori tidak memungut biaya sepeserpun kepada para murid-mudirnya yang ingin mengenyam ilmu di Ponpes tersebut alias gratis.

Bacaan Lainnya

“Latar belakang saya ingin mencerdaskan umat. Kedua membantu pemerintah menyadarkan umat supaya kembali kepada fitrah manusia yang sebenarnya,” ujar Khudori kepada Radar Sukabumi, Jumat (08/4).

Selain itu, Khudori juga bertekad ingin mengurangi sedikit demi sedikit kemaksiatan.

Tentu tujuannya agar kampung yang berada di kawasan THM tersebut menjadi kampung yang Rahmatan lil alamin.

“Ingin menjadikan kampung penuh dengan berkah dan penuh perlindungan Allah SWT, itu saja keinginan saya sejak dulu agar umat kembali ke fi trahnya masing-masing,” paparnya.

Dalam proses pendirian Ponpes Tarbiatul Aulad, Khudori mengaku menghadapi beberapa tantangan dari lingkungan sekitar THM Karaoke.

Namun hal itu tidak menyurutkannya untuk tetap membangun pesantren.

“Tantangan dari lingkungan, ada banyak tantangan pro dan kontra saat proses pembangunan ini. Itu sudah biasa malahan jadi semangat bagi saya.

Kalau ancaman gak ada. Awal membangun juga dengan getir dan pahit, anak-anak terpaksa mencari dana sampai ke daerah Pajampangan dan Banten.

Alhamdulillah 2 tahun merintis dari awal berdirilah pesantren ini,” ungkapnya.

Khudori menilai, ada perubahan kebiasaan yang positif di kawasan tempat hiburan malam di sana. Bahkan jemaah masjid dari hari ke hari ada peningkatan termasuk salat Jumat.

“Perubahannya sangat luar biasa, kalau saya bilang masalah itunya saya enggak berani. Jumat sekian orang sekarang agak lumayan, masalah hiburan malam ada aturannya, ada perubahanya. Tadinya mulai jam sembilan dan berhentinya ada batasnya, Jumat juga berhenti tidak ada hiburan malam,” paparnya.

Adapun jumlah pengajar di Ponpes Tarbiatul Aulad sampai saat ini baru dua orang. Yaitu dirinya dan Abah Wawan atau yang akrab disapa Kang Ujang.

Menurut Khudori yang telah mengenyam ilmu selama 20 di berbagai pesantren ini, saat ini
ada kendala dalam pembangunan pesantren.

“Ruangan yang sangat memerlukan dana ruangan sekolah TPQ (tempat pengaian alquran), di atasnya sudah mulai dihuni. Saya sangat membutuhkan pemasangan GRC (untuk atap) sekitar Rp 20 jutaan lagi,” ucapnya.

Adapun aktivitas selama bulan suci Ramadan 1443 Hijriyah 2022 Masehi masih seperti biasanya. “Aktivitas di sini, menggali kitab kuning yang dikatakan pasaran, siang malam, sampai jam 11, jam 1 sampai jam 4, jam 8 sampai jam 3 subuh,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Rukun Tetangga 04 Bebey menambahkan, banyak perbedaan sebelum ada pesantren.

Bahkan biasanya musik dari tempat-tempat karoke tidak terkontrol waktunya atau nonstop sekarang ada jeda waktu, tamu-tamu juga yang biasa banyak berkurang.

“Banyak yang komplain tapi kalau komplain secara total sih tidak ada. Misalnya seperti plang itu (plang ponpes), saya pasang plang di depan banyak yang komplain dan dianggap mengganggu. Contoh, ada yang komplain pak RT plang ini mengganggu, saya juga Islam di KTP, jadi karagok (canggung) kalau ada tamu, sehingga gak jadi masuk,” ungkap Bebey menirukan komplainan warga. (ris/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *