Bintang Jatuh

Oleh: Handi Salam

Redaktur di Radar Sukabumi

Bacaan Lainnya

 

Minggu (22/7) pagi hari tiba-tiba saya terbangun lebih awal. Bukan karena mimpi buruk, bukan pula karena ada yang membangunkan tidur, melainkan untuk melihat ‘The Morning Star’ (bukan surat kabar Inggris yang berdiri 1930), tapi ini adalah bintang timur atau kita kenal waktu sekolah dengan sebutan planet Venus.

Saya sengaja ingin menyaksikan bintang timur dengan mata sendiri, alasannya bintang yang kebanyakan orang menyebut bintang kejora ini, katanya adalah bintang paling terang dilangit. Bahkan, menurut para ilmuan, bintang ini tidak pernah naik keatas melainkan selalu kembali kebawah dan menghilang di garis Horizon.

Hal itulah yang membuat saya ingin mengamati lebih jauh soal keberadaan bintang timur ini hingga sampai akhirnya kembali menghilang. Salah satu Profesor barat menyebutkan bahwa bintang tersebut adalah The Fallen Anggel (Malaikat yang Paling Brilian). Alasannya, hanya bintang kejora yang tidak mau naik keatas langit, malah tergelincir kembali ke bawah dan menghilang di telan bumi.

Rasa penasaran untuk mengamati sebetulnya didorong oleh pepatah Ilmuan timur yang mengatakan “Bukan karena kita berfikir bahwa kita tahu segala hal tanpa mempertayakan, melainkan karena selalu mempertayakan segala hal yang kita fikir kita tahu”. Dari sana saya mencoba untuk mempertanyakan yang sudah diketahui oleh orang dengan merasakan alamnya langsung.

Sekitar setengah jam saya melihat bintang yang katanya merupakan bintang yang paling dekat dengan bumi ini, kemudian saya berfikir dan menyimpulkan sendiri bahwa, bintang paling terang sekalipun tidak pernah ingin menjadi Matahari. Bahkan setelah memberikan sinarnya yang indah bintang itu tergelincir dan hilang ditelan garis Horizon untuk akhirnya kembali di pagi berikutnya.

Setelah satu jam saya terdiam melihat pergerakan ‘Ratu Langit yang Terang’ (Sebutan bangsa Babilonia), tujuannya itu tadi untuk menyakinkan pernyataan Ilmuan Islam Ibnu Sina pada tahun 1032 M lalu. Meski saya pernah membaca buku karya Prof, DR Sayyed Hossein Nasr soal perbintangan dan tata surya, namun tak cukup katanya jika belum dilihat dan dipraktikan sendiri.

Setiap pengamatan dan pemikiran setiap orang dan bahkan tindakan dalam kehidupan pasti ada pro dan kontra, seperti yang saya lakukan di pagi hari itu, banyak orang yang mengira saya adalah penganut ajaran Pagan (Musyrik penyembah dewa matahari). Namun, tidak perlu dipedulikan dan dianggap serius. Karena saya selalu diajarkan untuk tidak pernah takut terhadap perbedaan. Setiap individu yang berfikir boleh melakukan apa saja untuk mengetahui kebenaran ilmu yang dipelajari orang terdahulu. Intinya saya berpesan janganlah jadi penakut, karena hanya orang penakut yang akan ditindas dan dibuat seperti sapi perah oleh yang kuat.

Dan saya juga berpendapat bahwa bintang bukan matahari, bintang adalah bintang yang bercahaya sendiri di langit. Jika kita ingin menjadi bintang, tentunya kita harusnya meniru sipat bintang-bintang dilangit yang hadir saat gelap. Kita tak pernah memperhatikan ada berapa negara yang menggunakan simbol bintang di bendera kebangsaanya, bukan tanpa tujuan pastinya mereka menggunakan simbol bintang di benderanya. Mulai dari Negara Australia, China, Korea Utara dan negara islam seperti Turki menggunakan simbol bintang. Saya tidak tau sebetulnya, tujuan mereka menggunakan bintang di benderanya, yang pasti ada arti besar dalam setiap memasang simbol.

Sebagai manusia biasa yang diciptakan dibumi terkadang saya terlalu berambisi untuk menjadi sesuatu yang besar dari saat ini. Tetapi saya berfikir bahwa saya adalah saya, bukan orang lain dan tak harus menjadi orang lain. Memang benar apa yang dikatakan teman saya (alm) Ginan soal filosofi rumput, bahwa sehijau-hijaunya rumput akibat kesuburannya dia tidak pernah berharap jadi pohon yang menjulang tinggi, bahkan ketika rumput tersebut diinjak dan dipangkas oleh petani untuk digunakan makanan ternak, dia tidak marah, malah kembali tumbuh subur. Harus diakui, bahwa salah satu obat ampuh menghadapi pembenci, cacian dan makian hingga fitnah adalah dengan terseyum.

Pada akhirnya, saya tidak berharap Bintang tersebut tidak jatuh dan menghantam bumi sebelum waktunya, namun jika terjadipun manusia tidak akan pernah bisa melawan kepastian tuhan yang mengatur alam ini. Yang terpenting, kita sebagai umatnya selalu bersyukur dan berdoa agar supaya tetap mendapatkan sinar terang dari bintang-bintang cantik tang hadir saat gelap ini.

Sebetulnya, tidak ada tujuan memperhatikan bintang venus tersebut, hanya sebatas ingin melihat keindahan sinarnya dan sisanya untuk mengambil hikmahnya untuk kehidupan. Meski saya tidak berhasil, namun saya berpendapat jika setiap tindakan atau pekerjaan jangan berfikir berhasil atau tidaknya pada tujuannya, yang harus dilihat adalah seberapa perjuangan kita akan mencapai tujuan akhir itu. Hingga pada akhirnya apa yang kita lakukan dalam hidup bergema dalam keabadian kelak. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *