Protokol Kemanusiaan

Fawzy Ahmad

Oleh: Ahmad Fawzy – Pengurus PMI Kota Sukabumi

 

HADIRNYA pandemi Covid-19, lantas memunculkan banyak narasi tentang kemanusiaan. Masalah kesehatan universal memberikan efek domino di segala lini kehidupan. Salah satunya adalah ekonomi.

Memang tidak ada jalan lain untuk mencegah laju penyebaran Corona Virus Disease 2019. Selain pembatasan ruang gerak manusia sebagai media penular virus asal Wuhan itu. Walhasil, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan terkait penanganan Covid-19 secara berjilid-jilid. Mulai dari Pembatasan Sosial Bersala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Itu belum embel-embel penyerta, seperti ‘mikro’, ‘makro’, ‘darurat’ hingga ‘level’. Plus, protokol kesehatan atau prokes yang wajib dilakukan sebagai prasyarat agar bisa tetap beraktifitas di New Normal.

Yang pasti, kebijakan tersebut membuat masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang harian harus mengernyitkan dahi, menghela nafas dalam dan mengencangkan ikat pinggang sekencang-kencangnya. Kebijakan tersebut juga membuat ribuan hingga jutaan karyawan harus belajar apa itu arti ikhlas. Ikhlas, kehilangan pekerjaan karena perusahaan kehilangan cuan untuk bertahan hidup.

Kebijakan itu juga membuat aparat hukum harus belajar arti sabar. Sabar, menerima bully-an warganet yang tak terima atas aksi represif aparat hanya dari satu perspektif yang cenderung subjektif. Dan, kebijakan itu pun akhirnya melahirkan banyak orang-orang baik yang bergerak atas nama kemanusiaan.

Pada poin terakhir ini, mungkin bukan dari skenario yang diharapkan oleh pemerintah atas kebijakan PSBB sampa PPKM. Namun yang pasti itu adalah skenario semesta yang ingin menunjukkan bahwa pandemi ternyata ada hikmah luar biasa yang dapat diambil. Syaratnya, harus bijak dalam melihat, memahami dan mengamalkan.

Narasi kemanusiaan itu mulai intens diucapkan orang. Mulai sering diposting warganet. Semisal; panjang umur orang baik.

Narasi ini tak hanya sekadar narasi huruf, tapi menjadi narasi gerakan. Ada banyak orang hingga komunitas yang tampil menunjukkan kemanusiaannya. Ragam cara dilakukan. Seperti donasi terbuka, prank, giveaway dan lainnya. Ternyata konten-konten seperti itu sangat laku ditonton oleh banyak orang. Ini menunjukkan ada banyak orang yang merindukan esensi kemanusiaan dan aksi nyata dari kebaikan.

Seperti konten YouTuber bernama Mat Peci yang menawarkan satu gelas es tebu seharga Rp500 ribu. Konten dengan judul GAYA NAWAR HARGA TERBARU KE PEDAGANG KECIL ALA MAT PECI #1 Nawar Nanjak yang diposting pada tanggal 18 Juli 2021 telah ditonton sebanyak 67 ribu kali, mendapatkan like sebanyak 2,8 ribu dan dikomentari sebanyak 417 kali. Video tersebut sukses menyentuh rasa kemanusiaan banyak orang. Dan viral tentunya.

Lalu, ada pula YouTuber dengan nama channel Hobby Makan yang kini telah mengantongi 4,97 juta subscriber. Dengan tagar #lanjutkandikamu, sang pemilik akun YouTuber bernama Richard Erfandy atau akrab disapa Bang Evan kerap kali memborong dagangan pedagang kaki lima. Khususnya kuliner. Tak tanggung-tanggung, setiap kali aksi, Evan merogoh kocek lebih dari Rp1 juta. Dan semua makanan yang diborong tersebut dibagikan ke masyarakat sekitar yang melintas.

Begitulah cara kerja pandemi yang melahirkan banyak orang baik. Pandemi juga banyak menggugah dan mendorong rasa kemanusiaan orang-orang.

Bukti lainnya lagi. Apa yang terjadi di Kota Sukabumi pada 2020 lalu. Ya, tahun pertama Covid-19 menggila. Sebagai lembaga kemanusiaan, PMI Kota Sukabumi memiliki program yang diatur dalam Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2018 bertajuk Bulan Dana. Dalam pelaksanaannya, PMI tingkat kabupaten kota dipersilakan untuk menghimpun dana kemanusiaan dari warga masyarakat, komunitas, kantor, hingga perusahaan. Di Kota Sukabumi, tahun 2020 ternyata merupakan rekor Bulan Dana terbanyak sepanjang sejarah. Terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ketika pandemi tidak ada.

Disebutkan total dana kemanusiaan yang terkumpul pada Bulan Dana PMI Kota Sukabumi tahun 2020 sebanyak Rp200 juta-an. Ketua PMI Kota Sukabumi drh Suranto Sumowiryo mengklaim ini adalah rekor terbanyak. Uniknya, jumlah tersebut didapat ketika pandemi hadir yang menghantam semua lini kehidupan, termasuk perekonomian. Namun, sekali lagi, narasi kemanusiaan yang tergugah akibat pandemi itu nyata. Banyak orang baik di Kota Sukabumi yang ingin terlibat dalam aksi kemanusiaan.

Lantas, apa yang telah dilakukan PMI Kota Sukabumi? Bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi dan komunitas drone, PMI Kota Sukabumi pernah melakukan penyemprotan desinfektan secara massal dengan menggunakan pesawat nirawak dengan ukuran raksasa. Terbang di atas Jalan Kapten Harun Kabir dan jalan protokol lainnya, drone raksasa menghujani Kota Sukabumi dengan cairan desinfektan dari PMI.

Aksi penyemprotan desinfektan inipun berlanjut dengan menggunakan armada khusus bernama mobil Gunner Spraying untuk skala masif. Dan untuk skala kecil, yakni desinfeksi dengan menggunakan penyemprotan portabel oleh para relawan seperti SIBAT, KSR dan TSR. Belum lagi program kemanusiaan seperti pemberian bantuan Covid Kit untuk warga Kota Sukabumi yang menjalani isolasi mandiri (isoman).

Kegiatan kemanusiaan itu terus berlanjut hingga saat ini, tahun 2021. Bahkan telah direncanakan ulang untuk tahun 2022.

Apa yang telah dilakukan PMI bukanlah sesuatu yang luar biasa. Karena ini semua sejalan dengan 7 prinsip dasar. Yaitu, Kemanusiaan (Humanity), Kesamaan (Impartiality), Kenetralan (Neutrality), Kemandirian (Independence), Kesukarelaan (Voluntary Service), Kesatuan (Unity) dan Kesemestaan (Universality). Maka, jika saja Ketua Umum PMI Jusuf Kalla berkenan, izinkan saya menarasikan ini semua menjadi Protokol Kemanusiaan.

Hanya sekadar narasi kok. Sekali lagi, namanya adalah PROTOKOL KEMANUSIAAN.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *