Kembali Makan

Handi-Salam
Handi-Salam

Oleh : Handi Salam

Pagi tadi saya melihat langsung keluarga yang tidak kaya dan juga miskin. Anaknya tiga. Hidupnya mendadak sederhana, akibat diputus kerja akibat perusahaanya Bangkrut. Dia tinggal dirumah yang sangat sederhana. Dua kamar diisi bersama-sama. Belum ada Dapur. Kalau masakpun buat sahur cukup diruangan tengah.

Bacaan Lainnya

Mereka bahagia. Meski, tulang punggungnya saat ini hanya bekerja sebagai Gojek Online. Penghasilannya kadang tidak menentu. Kadang cukup buat makan saja kadang bisa menabung.

Ada sembako pemberian salah satu wakil rakyat paling terhormat. Saya bawa dan kasihkan. Mereka bahagia, bercampur sedih. Dulu mereka memberi, sekarang diberi. Itulah kehidupan, berputar. Sebagai pengingat saja, jangan sampai terlena. Waktu didunia sebentar.

Selama bulan ramadan ini, keluarga itu tetap puasa. Kalaupun tidak, tidak ada makanan yang enak untuk dimakan. Saya berfikir bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang unik. Beda dengan Sholat dan bersedekah atau perbuatan lain yang bisa didokumentasikan. Ibadah Puasa tidak bisa direkam ataupun di Video. Ibadah puasa adalah rahasia bagi orang itu sendiri. Seperti keluaga itu. Mau berkata puasa atau tidakpun, saya percaya. Tapi rasa-rasa mereka berpuasa, toh tidak ada makanan untuk bisa membatalkanya.

Saya juga tidak berani bertanya apakah orang berpuasa atau tidak. Ukurannya hanya pada manusia dan tuhannya. Ibadah puasa adalah ibadah mendekatkan diri kepada allah. Bahkan kata pemuka agama Puasa itu seperti berada didalam kamar pribadi Allah. Karena ada keterangan, ‘Apapun ibadahmu, itu adalah untukmu kecuali puasa’.

Makna Puasa Sangat tinggi. Makna merayakan hari raya seharusnya pada saat masuk Ramadan tiba, bukan saat meninggalkannya. Karena pada saat ramadan adalah ibadah paling dekat dengan penciptanya. Selama ini, ramadan yang dirayakan adalah Idul Futurnya. Atau hari dimana bisa kembali makan siang.

Sebagian ulama menerjemahkan Kata ‘fitri’ dengan makan. Idul fitri, dengan begitu dimaknai dengan ‘kembali makan’. Kata fitri ditemukan juga dalam term ‘zakatul fitri’, zakat yang diberikan untuk memberikan makanan bagi mereka yang tidak mempunyai persediaan makan.

Makna seperti sesuai dengan konteks pada hari pertana bulan Syawwal. Di mana setiap orang kembali menyantap makanan bersama-sama, entah bersama keluarga, sanak family atau bersama tetangga.

Dalam masyarakat Indonesia. ada kebiasaan untuk mengunjungi dan mengajak tetangganya untuk makan bersama. Bahkan setelah makan ditambah dengan mengobrol tentang apa saja. Di samping adat ini memperkuat silaturrahim, ada makna kebersamaan dan kesenangan bersama yang dirasakan.

Tradisi ini sesuai dengan makna idul fitri dalam pengertian kedua. Jadi, bukan soal pakaian baru, perhiasan baru semata, ada makna ketakwaan dari wujud kebersamaan yang lahir di konteks Indonesia. Bisa disimpulkan moment idul fitri adalah sebuah makna untuk perwujudan ketakwaan individu dan kesalehan sosial secara bersamaan.

Itu saya obrolkan dengan keluaga tadi. Setidaknya bisa meredam perasaanya. Khususnya istrinya. Tahun lalu bisa belanja baju baru. Sekarang tidak lagi, Akibat tempat usahanya gulung tikar akibat covid-19. Suaminya tegar, dengan gaya rambut Italy masih segar dalam berbicara. Istrinya tidak berani ikut bicara.

Dia setuju, perayaan disebut hari Raya jika dirayakan. Jika dalam fikiran tidak maka tidak usah dirayakan berlebihan. Karena perayaan sesungguhnya pada saat awal bulan Ramadan. Bukan di Akhir, di akhir biasanya adalah penyesalan. Penyesalan tidak bisa berbuat baik, penyesalan tidak ikut sholat tarawih, penyesalan pernah godin, penyesalan-penyesalan. Karena belum tentu pada tahun depan kita bisa merasakannya kembali.

Tapi saya optimis bisa kembali bertemu ramadan tahun depan. Masih muda dan kuat hehehe, bagaimana yang lain. Belum tentu. Saya juga belum tentu. Tapi mari kita berdoa agar kita bisa kembali bisa bertemu pada ramadan tahun depan. aminn(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *