Bubble Alfonso

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

Oleh: Dahlan Iskan

HONG KONG dan Taiwan kompak: Bubble Alfonso. segera menghapus keharusan karantina. Rekan kita yang masih di Taiwan, Mandarin Everyday, kemarin kirim laporan untuk Disway. Teman-teman saya dari Hong Kong juga mengabarkan kegembiraan itu.

Tinggal Tiongkok yang masih ketat. Belum ada gambaran kapan menghapus karantina. Tiongkok memang lebih sensi. Mereka masih tetap curiga: Covid itu virus alamiah atau bikinan manusia. Demikian juga varian yang tiba-tiba muncul di Shanghai itu. Jangan-jangan itu bikinan manusia –musuh Tiongkok. Maka setiap ada gejala varian baru Tiongkok melakukan tindakan ekstrem: lockdown. Tidak peduli yang di-lockdown itu kota sebesar Shanghai atau Xian.

Bacaan Lainnya

Bahkan tidak hanya terhadap virus Covid. Menjelang Muktamar ke-20 Partai Komunis Tiongkok sekarang ini Beijing juga seperti dalam keadaan lockdown. Gerak manusia dan kendaraan dibatasi. Mobil dari luar Beijing tidak boleh masuk ibu kota. Tidak boleh sedikit pun ada indikasi gangguan terhadap jalannya muktamar. Sampai-sampai ada yang mengira lagi ada kudeta di Beijing.

Kapan Tiongkok akan menghapus kewajiban karantina? Kelihatannya juga terkait dengan muktamar itu. Berarti November depan, setelah Muktamar Oktober, semua hal akan lebih longgar di Tiongkok. Termasuk karantina.

Begitu Xi Jinping terpilih lagi untuk kali yang ketiga, tensi pasti lebih rendah. Pemilihan presidennya memang masih Maret tahun depan, tapi ketua partai (Sekjen PKC) sudah terpilih pertengahan Oktober. Pemilihan ketua partai lebih penting dari pemilihan presiden. Itu karena ketua partai sendirilah yang menugaskan dirinya menjadi presiden. Belum pernah ketua partai mengangkat orang lain sebagai presiden dengan status petugas partai.

Saya ingin kirim papan bunga untuk mengucapkan selamat bermuktamar. Tapi papan bunga itu pasti akan diperiksa berlapis-lapis –belum tentu bisa lolos. Ya sudah. Yang penting muktamarnya sukses, Pilpresnya sukses dan kita ikut mendapatkan berkahnya.

Selamat datang di Hong Kong.

Selamat datang di Taiwan.

Anda akan bebas karantina.

Ikutilah tulisan rekan Anda, sesama komentator Disway, di bawah ini: Alfonso Indra Wijaya. Sambil mencari lelaki yang ingin kawin di Indonesia, Alfonso ikut gembira akan rencana ”bebas karantina” ini. Berarti bisnis wedding-nya akan kembali ramai.

Perhatikan juga gaya tulisan rekan kita itu. Kian bagus. Kian men-disway.( Dahlan Iskan)

***

Seminggu terakhir suhu di Taiwan mulai sejuk. Dibandingkan akhir Agustus lalu. Lepas libur Pertengahan Musim Gugur ini, matahari mulai bergerak terus ke selatan khatulistiwa. Menjauhi Taiwan. Hanya di Selat Taiwan yang masih ”panas”. Situasi politiknya.

Saya terima banyak WA, “Gimana, katanya Taiwan mau perang?” Saya langsung arahin HP ke langit sambil video via WA, ”Aman, ga ada pesawat tempur di langit.”

Menurut teman-teman lokal di Taiwan -para narasumber yang saya percaya- Tiongkok  tidak mau menyerang Taiwan. Taiwan menghasilkan 60 persen produksi semikonduktor dunia. Jika dikecilkan lagi menjadi produksi chip ukuran 5 nanometer ke bawah, Taiwan mengendalikan 80 persen produksi dunia. Nomor 1 di dunia.

Tiongkok butuh chip Taiwan untuk teknologi masa depan mereka. Tiongkok butuh banyak chip. Saya jadi teringat salah satu cuplikan di film Armageddon (1998), ”American components, Russian components, all made in Taiwan.”

Pun 2 minggu lalu saya menghadiri pameran terbesar semikonduktor, Semicon Taiwan 2022. Banyak juga perusahaan asal Tiongkok, Korsel, Jepang, dan Eropa yang menghadirkan booth di pameran canggih itu. Taiwan ini kecil-kecil cabe rawit.

Bubble Alfonso

Dan di Taiwan juga banyak orang Tiongkok daratan yang tinggal di sini. Entah berbisnis atau menikah dengan orang Taiwan. Hanya logat mereka yang sering jadi pembeda dengan orang Taiwan. Sama-sama Tionghoa sudah campur aduk dari leluhurnya sejak zaman Kuomintang dan Partai Komunis bertikai.

Perang akan membunuh keluarga mereka sendiri. Belakangan Tiongkok yang satunya lagi, yaitu Hong Kong, sering terjadi huru-hara dan ketidakpuasan rakyatnya terhadap pemerintahnya. Imbasnya, orang Hong Kong mulai banyak yang pindah ke Taiwan. Walau daratan Hong Kong lebih nempel ke Tiongkok, tapi Hong Kong merasa lebih klop dengan Taiwan. Tulisannya, demokrasinya, kebebasan internetnya, kebebasan bicaranya, dan sebagainya. Merasa senasib, walau beda sejarah.

Kehidupan di Taiwan masih ramai. Normal seperti biasa. Infiltrasi Tiongkok beberapa waktu lalu dianggap enteng oleh mayoritas rakyat Taiwan. ”Hidup kan harus tetap bergulir”, kata mereka. Banyak restoran yang masih buka seperti 2,5 tahun lalu. Jangan khawatir kehausan dan kelaparan di Taiwan. Bahkan banyak restoran yang lantai bawah dan atasnya beda pemilik, beda nama restoran. Sampai ada restoran yang di bawah tanah. Persaingan begitu ketat. Saya jarang menjumpai restoran yang kosong pengunjung. Daya beli warganya tinggi, termasuk anak-anak mudanya.

Mahasiswa lokal di Taiwan sudah terbiasa bekerja part-time (打工, dagong) saat kuliah. Anak kuliahan yang mampu makan enak pun jamak dijumpai di sini. Kebiasaan makan orang Taiwan beda dengan orang Indonesia. Orang Taiwan selalu memesan tambahan 2-3 side dish -selain porsi utama- saat makan. Jadi kalau pesan bakmie, selalu ada tambahan piring lain yang isinya telur, tahu, atau sayur lainnya di samping. Jadi mustahil melihat orang Taiwan hanya makan nasi putih dengan paha ayam goreng saja. Selalu ada sayur tambahan di sampingnya. Cowok-cewek makan sama banyaknya. Bukan rakus, bukan lapar. Tapi memang dibiasakan makan kenyang sejak kecil.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *