Trump atau Biden di Mata Hergun: Siapa Lebih Untungkan Perekonomian Indonesia?

Bahkan beberapa minggu terakhir antara Indonesia dan Amerika sudah bertukar kunjungan pejabat tinggi. Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi Amerika, sedangkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertandang ke Indonesia.

Pemerintahan Trump memandang Indonesia sebagai mitra strategis. Kedekatan yang mulai terjalin kemungkinan besar akan dilanjutkan bila Trump memenangi Pilpres. Namun, bagaimana bila Trump kalah. Pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Biden tetap akan melanjutkan hubungan tersebut dalam platform dan visi kerjasama yang berbeda.

Bacaan Lainnya

Di sinilah letak keuntungan Indonesia, bisa mensejajarkan diri dengan siapa pun presiden AS. Indonesia tidak boleh inferior, sebaliknya Indonesia harus memiliki bargaining yang kuat karena secara politik maupun ekonomi Indonesia memiliki daya tawar yang tinggi. AS pasti membutuhkan Indonesia dalam percaturan global.

Tentu banyak pihak sudah mengkalkulasi antara Trump dan Biden akan lebih menguntungkan yang mana bagi Indonesia, terutama dari sisi perekonomian. Apalagi saat ini perekonomian Indonesia sudah resmi memasuki resesi. Sehingga dibutuhkan dorongan besar, baik dari domestik maupun luar negeri, agar Indonesia bisa segera keluar dari resesi.

Trump dan Biden masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda. Tentu dampaknya pun terhadap perekonomian Indonesia juga berbeda. Trump sebagai inkumben sudah menunjukkan sepak terjangnya. Di antaranya maha karnya adalah menciptakan perang dagang dengan China.

Dalam perspektif Trump, perang dagang dengan China bertujuan untuk memproteksi produk dalam negerinya dari gempuran produk China. Trump juga menyerang sistem perdagangan global yang dituduhnya telah merugikan kepentingan AS dan menjadi biang defisit perdagangan AS, lumpuhnya sektor manufaktur dan membludaknya tenaga kerja asing.

Sejatinya, dalam perspektif ini sikap Trump sama seperti yang disuarakan sejumlah pihak di dalam negeri Indonesia. Dimana akhir-akhir ini, Indonesia juga tengah menjadi korban membanjirnya produk dan tenaga kerja dari China. Bila Trump menunjukkan sikap yang tegas, Indonesia memilih bersikap moderat sambil mengambil manfaat hubungan dengan China.

Bagi Indonesia, sepak terjang Trump selama memimpin Amerika Serikat (2017 s/d sekarang), memiliki nilai plus dan minus. Nilai positifnya, kobaran perang dagang AS versus China memberikan peluang produk-produk Indonesia untuk menggantikan produk China yang dikenakan tarif tinggi oleh pemerintah AS.

Apalagi pada 30 Oktober 2020, Indonesia mendapatkan perpanjangan fasilitas GSP dari AS melalui Perwakilan Dagang AS (United States Trade Representatives/USTR). GSP (Generalized System of References) adalah sistem tarif preferensial yang menyediakan pengurangan tarif pada berbagai produk. Dengan fasilitas ini, AS menghilangkan bea masuk 3.572 pos tarif produk asal Indonesia.

Namun selain dampak positif, ada juga dampak negatifnya. Perang dagang yang diciptakan Trump telah memperburuk perekonomian Indonesia. Pabrik-pabrik China yang kehilangan pasar di Amerika akhirnya membanjiri produknya ke Indonesia. Akibatnya, banyak pabrik Indonesia yang terimbas kalah bersaing dengan produk China.

Selain itu, sosok proteksionis Trump telah mengancam negara-negara yang memungut pajak dari platform-platform digital milik AS, termasuk Indonesia. Bila Trump tetap memimpin AS, maka Indonesia harus bersiap menerima serangan balik dari AS.

Dan yang terakhir, selama kepemimpinan Trump di AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak beranjak dari level 5 persen. Kebijakan proteksionisme AS telah menurunkan pertumbuhan ekonomi global. Sebelum adanya pandemi, tren pertumbuhan ekonomi global sudah menunjukkan penurunan.

Bagaimana dengan Biden? Sebagai penantang tentu Biden mengusung perubahan. Bila Trump sosok proteksionis, Biden adalah internasionalis. Bila Trump lebih mengedepankan bileteralis, sedangkan Biden akan mengusung regionalis.

Biden akan membuka diri dengan dunia internasional. Biden akan kembali mengaktifkan perannya di lembaga-lembaga internasional seperti World Bank, PBB, IMF, WTO, dan lain-lain yang selama ini ditinggalkan oleh Trump.

Sebagai sosok regionalis, Biden akan mendorong aktifnya kembali pakta-pakta dagang kawasan seperti Kemitraan Trans-Pasifik di mana Indonesia turut serta di dalamnya. Biden akan berusaha mempromosikan kembali liberalisasi perdagangan dan ingin membawa AS memimpin kembali tatanan perdagangan dunia.

Memang saat ini belum bisa mengukur dampak kebijakan Biden terhadap perekonomian Indonesia. Namun sepak terjang Biden bisa diprediksi dari kebijakan presiden-presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat. Apalagi Biden pernah menjadi Wapres dari Presiden Barack Obama dari 2009 hingga 2017.

Gaya kepemimpinan Presiden AS dari Partai Demokrat biasanya jauh dari sikap konfrontatif. Setidaknya itulah yang bisa dilihat dari sepak terjang Bill Clinton dan Barack Obama ketika memimpin AS. Berbeda dengan sosok presiden dari Partai Republik yang selalu mengedepankan sikap konfrontatif, termasuk yang diperlihatkan oleh Trump dengan perang dagangnya melawan China.

Konfrontasi baik dalam bentuk fisik maupun dagang pasti membawa dampak buruk. Pertumbuhan ekonomi global menjadi terganggu. Dan dampaknya pun dirasakan oleh Indonesia juga.

Pemerintahan AS yang dipimpin Presiden dari Partai Demokrat biasanya fokus kepada pembangunan ekonomi dan kerjasama multilateral. Visi ini lebih sesuai dengan Indonesia yang menginginkan pertumbuhan ekonomi dan perdamaian dunia. Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen saat Amerika Serikat dipimpin oleh Barack Obama dari Partai Demokrat.

Biden diharapkan mampu menghadirkan kepemimpinan yang mengedepankan pembangunan ekonomi dan hubungan multilateral dibanding kebijakan yang konfrontatif. Bila Biden konsisten dengan janji-janjinya maka ke depan akan terwujud pergaulan global yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Bankan dalam hal pajak platform-platform digital dari AS yang dikenakan pajak oleh negara-negara di dunia, Biden berjanji akan menyelesaikannya secara berkeadilan.

Penutup

Pemenang Pilpres AS akan berdampak pada wajah pergaulan dunia. Sosok inkumen Donald Trump telah mewarnai pergaulan dunia dengan kebijakan proteksionis dan konfrontatif dalam perdagangan. Akibatnya, terjadi pelambatan ekonomi global karena masing-masing negara saling mengunci.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *