SUKABUMI— Koalisi Masagi antara PPP- PAN dan NasDem sampai saat ini nampaknya belum juga terwujud, Soalnya ada beberapa komitmen kesepakatan yang memang belum disepakti oleh ketiga partai tersebut.
Menurut Pengamat Politik, Asep Deni menilai dinamika politik seperti itu sudah menjadi hal lumrah di dunia politik. Penyamaan persepsi dalam menjalin koalisi di Pilwalkot 2018 memang sangat alot, ketika satu poin saja tidak menjadi kesepakatan bisa merubah konstalasi politik.
“Itu hal biasa, koalisi itu memang harus satu pandangan dan kesepakatan, agar nanti dikemudian hari koalisi itu akan kuat,” ujar Asep Deni saat dihubungi koran ini,jumat(10/11)
Kondisi politik seperti itu, kata Asep Deni dinamakan politik tarik ulur. Masing-masing kubu, baik Masagi maupun NasDem sedang memainkan strategi politik yang memang bisa terjalin satu kesepahaman. Seperti diketahui, NasDem mencalonkan kadernya, Mulyono untuk maju di pilwalkot bersama dengan Koalisi Masagi. “Jadi, antara calon dengan partai pengusung saat ini sedang memainkan politik tarik-ulur. Itu hal yang biasa, manakala belum ada kesepakatan yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Ketika memang partai yang berencana akan berkoalisi itu enggan terjadi kesepakatan, tak dipungkiri sewaktu-waktu akan berubah. Hingga kini, ia menilai, proses komunikasi politik antara keduanya masih belum menghasilkan komitmen.
Manakala kesepakatan itu tidak terjadi, misalnya partai pengusung melihat ada calon yang lebih memiliki daya tawar, maka kesepakatan bisa saja tidak akan terjadi.
Bahkan bisa juga, koalisi itu terjadi jika memang keinginan antara tiga partai itu bisa membuat suatu komitmen yang bisa diterima oleh ketiga partai tersebut. Artinya sampai saat ini peluang untuk berkoalisi masih terbuka lebar selama memang tidak ada yang berpaling satu sama lain. ” Ya semua juga masih mencair, peluang koalisi atau tidak masih mungkin terjadi,” pungkasnya. (bal)
