Peta Pilgub Jabar Sulit Ditebak

JAKARTA – Direktur Eksekutif Poldata Indonesia, Fajar Arif Budiman menyatakan peta politik di Jawa Barat paling sulit ditebak saat ini. Menurut Fajar, tokoh maupun partai politik yang pernah unggul secara nasional belum tentu bisa memperoleh kemenangan di Jabar. Ahmad Heryawan adalah Gubernur Jawa Barat dua periode yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara Pemilihan Legislatif Provinsi Jawa Barat dikuasai oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan perolehan 20% dari jumlah kursi yang tersedia di DPRD Provinsi Jawa Barat dan di 16 dari 27 DPRD Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat. Itu artinya kedudukan Ahmad Heryawan sebagai Gubernur tidak serta merta bisa menjadikan partainya sebagai penguasa di legislatif di Provinisi Jawa Barat.

Bacaan Lainnya

“Begitu juga dengan kemenangan PDI-P di Jawa Barat ini tidak serta merta bisa memenangkan Joko Widodo di Jawa Barat. KPU mengumumkan bahwa Jokowi-JK yang diusung oleh PDI-P di Jawa Barat hanya mampu meraih sebanyak 40,22 % suara, kalah telak dibandingkan rivalnya Prabowo-Hatta yang berhasil maraup 59,78 % suara masyarakat Jawa Barat,” ujar Fajar dalam keterangan persnya. Berdasarkan pada keunikan tersebut, maka logika menang di Jabar berarti menang di nasional secara otomatis bisa dibantah.

Simplifikasi semacam itu, menurutnya, sudah tidak bisa diterapkan untuk melakukan kalkulasi politik yang lebih akurat. Lantas apa yang membuat Prabowo-Hatta menang di Jawa Barat pada saat Pilpres 2014? Fajar menyampaikan bahwa kemenangan Prabowo-Hatta tidak terlepas dari peran kepala daerah yang diusung oleh Partai Gerindra.

“Misalnya di Kota Bandung. Walikota Bandung pada saat itu adalah Ridwan Kamil, beliau diusung oleh Gerindra. Maka tidak heran jika Prabowo – Hatta memperoleh 57,69 % suara mengalahkan Jokowi-JK yang hanya memperoleh 42,32 %,” imbuhnya.

Fajar mengatakan kemenangan Prabowo dan Hatta di Kota Bandung dan Jawa Barat artinya tidak terlepas dari peran Ridwan Kamil, dan kepala daerah lainnya yang diusung oleh partai yang bergabung di Koalisi Merah Putih pada saat itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *