Pelajar SMP Yuwati Bhakti Sukabumi Berkunjung ke Rumah Budaya Sukuraga

SMP Yuwati Bhakti Sukabumi
FOTO BERSAMA: Seluruh siswa SMP Yuwati Bhakti Sukabumi saat mengunjungi Rumah Budaya Sukuraga Jalan Sukakarya No. 30 Kota Sukabumi, Rabu (15/3/2023).

SUKABUMI – Puluhan siswa dari SMP Yuwati Bhakti Sukabumi mengunjungi Rumah Budaya Wayang Sukuraga yang berada di Jalan Sukakarya No.30 Kelurahan Sukakarya Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Rabu (15/3/2023).

Dalam kunjungan kali ini, para siswa belajar tentang filosofi dari Wayang Sukuraga. Wayang Sukuraga sendiri merupakan buatan seniman asal Kota Sukabumi yakni Effendi. Berbeda dengan wayang pada umumnya, Wayang Sukuraga yang berarti Suku berarti anggota dan Raga adalah badan ini merupakan sebuah tokoh pewayangan yang terdiri dari anggota badan, seperti mulut, mata, telinga, tangan kanan, tangan kiri dan kaki.

Adapun Filosofi dari bentuk wayang kulit buatan Efendi sendiri merupakan sebuah penggambaran sekaligus perenungan dari pribadi manusia melalui bentuk anggota tubuhnya. Hal tersebut sebagai petunjuk kehidupan dalam membawa pesan kebaikan.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari Integrated Learning (IL) dan Ujian Praktik SMP Yuwati Bhakti 2023 yang bertema “Bhineka Tunggal Ika,” terang salah satu guru pedamping Agnes Tri Maryunani kepada Radar Sukabumi, baru-baru ini.

Para siswa yang mengikuti kegiatan tersebut merupakan siswa kelas IX, mereka belajar tentang filosofi dan dapat mereflesikan diri. Selain itu para siswa juga diberi kesempatan untuk melihat pementasan  langsung di akhir kegiatan Integrated Learning.

Pantauan Radar Sukabumi, para siswa terlihat senang dan kagum saat berkunjung ke Rumah Budaya Wayang Sukuraga. Itu karena di Rumah Budaya tersebut terdapat banyak lukisan yang tertata rapi sesuai urutan perjalanan proses refleksi.

Seperti dimulai dari lukisan kaki (suku) yang menyiratkan makna bahwa manusia harus berjalan untuk mencapai tujuan (cita-cita).

“Kudu leumpang, tong cicing,” ucap Effendi menjelaskan kepada peserta didik.

Satu per satu Effendi juga menjelaskan satu persatu lukisan yang diciptakannya kepada peserta didik SMP Yuwati Bhakti. Agnes berharap setelah siswa mengikuti kegiatan ini siswa bisa bahwa manusia diciptakan dengan anggota tubuh yang sesuai dengan banyaknya, posisi, dan fungsinya. Namun, tanpa disadari manusia sering lupa.

Mereka berbicara tanpa melihat, melakukan tanpa mendengarkan yang mengakibatkan kehancuran. Pada akhirnya, manusia harus menyadari kekeliruannya dan kembali pada kodratnya semula yaitu manusia yang penuh dengan kebaikan, banyak mendengar, banyak melihat, dan lebih sedikit bicara. Manusia harus mendengar, melihat, berbicara, dan melakukan kebaikan. Itulah kodrat manusia diciptakan.

Di akhir kegiatan, para siswa pun diajak berkolaborasi dalam pertunjukan Wayang Sukuraga dan membatik. Mereka sangat antusias memainkan berbagai alat musik dan menorehkan berbagai warna di atas kain persegi dengan
gambar tokoh wayang Suku Raga. (wdy)

Pos terkait