Melihat Kolaborasi Mahasiwa Taiwan dan UKWMS

KOLABORASI: Mahasiswa NTUST dan UKWMS setelah uji coba alat big gun sprinkle.

RADARSUKABUMI.com– Kedatangan 12 mahasiswa asal National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), tak hanya bertujuan untuk studi banding di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Mereka juga berkolaborasi membuat proyek pengabdian masyarakat. Salah satunya membuat alat big gun sprinkle (senjata percikan besar).

Para mahasiswa asal Taiwan tersebut mempraktikkan cara kerja alat penyemprot air dengan tekanan besar di lapangan kampus B UKWMS di Jalan Kalijudan. Mereka didampingi langsung oleh Ketua Pelaksana Program Engineering in Action (EIA) Andrew Joewono.

Chu Chia-Yao atau yang kerap disapa Jocelyn, salah seorang peserta program EIA, sangat antusias mengikuti program tersebut. Dia bersama teman-temannya membuat proyek untuk diaplikasikan di masyarakat.
’’Saya sangat enjoy sekali berko laborasi dengan mahasiswa Indonesia. Saya bisa belajar membuat proyek untuk masyarakat,” katanya dalam
bahasa Inggris.

Selama proyek berjalan, Jocelyn mengaku tidak memiliki kendala dalam pembuatan alat. Kendala justru terletak pada komunikasi. Sebab, bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia berbeda dengan Taiwan.
’’Kami menggunakan bahasa Tionghoa. Jadi, sedikit sulit dalam bahasa saja,” ujarnya.
Menurut Andrew, alat yang dibuat sangat praktis digunakan. Big gun sprinkle itu dapat menyemprotkan air dengan radius lebar dengan tekanan tinggi. Alat tersebut berguna untuk penyemprotan lahan pertanian dan perbukitan ketika musim kemarau panjang.
’’Difungsikan untuk memadamkan kebakaran hutan juga bisa,” ucapnya.

Andrew menjelaskan, tidak ada kendala dalam pembuatan alat tersebut. Mahasiswa hanya perlu memiliki kemampuan mengenal bahan dan mengaplikasikannya.
’’Alat ini juga akan kami aplikasikan ke Desa Curah Cottok, Situbondo, besok. Sebab, desa tersebut merupakan daerah perbukitan,”
katanya.

Kolaborasi mahasiwa Taiwan dan UKWMS bertujuan menyelesaikan masalah yang ada di lapangan. Sebelumnya, tim UKWMS melakukan pembahasan ide melalui video conference. ’’Mereka mengikuti ide kami karena kami yang berada di lapangan,” ujarnya.

(ayu/c17/ai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *