Lucu, Pendidikan Tidak Boleh Ambil Risiko

Mendikbud, Nadiem Makarim. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengaku tergelitik akan banyaknya pihak yang mengatakan bahwa sektor pendidikan tidak boleh mengambil risiko. Seperti pembuatan kebijakan-kebijakan Kemendikbud yang selalu menimbulkan pro dan kontra, salah satunya soal Program Merdeka Belajar.

’’Jadi ini lucu, kayak selalu pendidikan itu adalah satu sektor yang kita nggak boleh mengambil risiko, tapi kita sudah melihat hasil PISA (Programme for International Student Assessment)  seberapa kita ketinggalan dari seluruh dunia,’’ terang dia dalam Instagram Live di akunnya bersama Maudy Ayunda, Jumat (27/11).

Bacaan Lainnya

Di mana untuk angka PISA Indonesia untuk literasi mendapatkan skor 371, sementara rata-rata negara OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) mendapatkan skor 487. Kemudian, Indonesia mendapatkan skor 379 untuk numerasi dibandingkan rerata negara-negara OECD di 489. Lalu, untuk sains Indonesia mendapatkan skor 396 sedangkan rerata negara-negara OECD di 489.

Kata dia, risiko yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah diam ditempat, bukan risiko yang diambil karena melakukan tindakan. Menurutnya, terlalu berhati-hati adalah tidak tepat.

’’Kalau kita diam di tempat sekarang, kita salah langkah, udah yakin saya garansi kalau kita tidak mengambil risiko, kalau kita tidak mencoba hal-hal yang baru, inovasi dan memperbolehkan kepala sekolah dan guru-guru kita melakukan percobaan, eksperimentasi dan terus melakukan proses interaksi, kita akan menggagalkan generasi mendatang,’’ tegas dia.

Apalagi banyak pihak selalu membicarakan revolusi industri 4.0 yang lebih mengarah ke penggunaan teknologi, namun fakta di lapangan langkah menuju hal itu tidak ada. Dia tidak mau peningkatan SDM hanya menjadi omong kosong belaka.

’’Lucu banget kita menatap kita selalu kalau ngomong revolusi industri 4.0, bilang ini teknologi masa depan, kita adaptasi, kita perlu anak-anak yang adaptable, kreatif, inovatif, tapi giliran kita mau coba hal-hal baru di dunia pendidikan, dibilang jangan pertaruhkan sistem pendidikan kita, ini adalah filsafat yang salah,’’ katanya.

Jadi dia berharap para pemangku kepentingan di dunia pendidikan bisa melihat permasalahan ini dengan seksama. Dia menyatakan, bagaimana kita bisa mengharap anak-anak Indonesia inovatif dan kreatif kalau sekolah-sekolah kita tidak inovatif dan kreatif dan tidak diperbolehkan mengambil risiko. ’’Jelaskan ke saya itu gimana caranya,’’ seru Nadiem. (sai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *