Ingin Diaspora jadi Dosen Tetap

Mesya/JPNN.com KUMPUL: Ali Ghufron, Cecep Hermawan dan Hutomo Suryo Wasisto (ilmuwan muda diaspora).

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Menristekdikti Mohamad Nasir menginginkan para diaspora jadi dosen tetap di Indonesia. Paling tidak mereka mengajar 4-5 tahun di perguruan tinggi untuk transfer ilmu dan pengalaman kepada dosen-dosen maupun mahasiswa tanah air.”Setiap tahun, Kemenristekdikti mendatangkan para diaspora ke tanah air. Saya punya keinginan agar mereka bisa menjadi dosen tetap 4-5 tahun di perguruan tinggi Indonesia. Ini dalam upaya menciptakan SDM unggul,” kata Menteri Nasir.

Kebutuhan Indonesia akan SDM unggul, menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Ali Ghufron Mukti, sudah tidak bisa ditahan lagi. Bonus demografi yang dihadapi saat ini akan menentukan jalannya roda pembangunan Indonesia di masa depan bila sudah dipersiapkan dengan baik. Ketersediaan SDM unggul menjadi kunci untuk memudahkan jalan Indonesia menjadi negara maju.

Bacaan Lainnya

Melihat potensi yang ada, Ali Ghufron mengingatkan jangan sampai sumber daya alam yang dimiliki Indonesia jadi sebuah kutukan dan terjebak dalam gap ekonomi negara-negara yang sedang berkembang.Apa yang dimiliki Indonesia hendaknya perlu dieksplorasi lebih dalam lagi agar mampu menciptakan sebuah inovasi. Hal tersebut salah satunya bisa dicapai dengan mendatangkan para diaspora ke tanah air. Para diaspora dari berbagai ilmu dan multitalenta bisa memberikan transfer pengetahuan kepada dosen maupun mahasiswa di tanah air.

“Sampai saat ini belum muncul tokoh-tokoh peneliti muda pengganti Pak Habibie. Namun, dengan kehadiran ilmuwan muda diaspora saya yakin akan muncul Habibie Habibie baru. Seperti Dr. Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan muda diaspora di Jerman ini di usia 31 tahun akan meraih gelar profesor,” terangnya.

Dia menambahkan, 52 lmuwan diaspora akan hadir dalam Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) di Jakarta pada 18-25 Agustus 2019. Mereka merupakan diaspora dengan kompetensi dan skill mumpuni yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih kepada negara. Terutama dalam akselerasi dan transfer keilmuan, serta kemajuan riset bagi peningkatan daya saing bangsa.”SCKD 2019 merupakan agenda yang tepat dalam mengukuhkan kembali jejaring kebangsaan yang dimiliki bangsa serta pengelolaan manajemen talenta demi menyongsong Indonesia berdaya. Tidak hanya bagi SDM dalam negeri, tetapi juga di luar negeri,” tutur Dirjen Ghufron.

Sementara Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, Cecep Hermawan, yang kerap berkecimpung dengan diaspora mengatakan, konsep SCKD sangat sejalan dengan apa yang selama ini diharapkan pemerintah tentang kolaborasi antarsektor dan pemanfaatan talenta Indonesia di luar negeri untuk kemajuan bangsa. “Ini merupakan embrio yang ditunggu-tunggu. Kolaborasi tanpa sekat antara lembaga pemerintah,” ujarnya.

 

(esy/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *