Direktorat KSKK Rancang Kurikulum Khas RA

BOGOR – Secara kuantitas dan kualitas, Pendidikan Raudlatul Athfal (RA) terus bertambah. Hal ini menandakan minat masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini semakin baik. Menindaklanjuti minat tersebut, Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah mengambil kebijakan untuk merumuskan kurikulum khas RA.

Gagasan ini disampaikan oleh Direktur KSKK Madrasah, Ahmad Umar saat membuka kegiatan Konsinyering Pengembangan Dokumen Kurikulum RA di Bogor, baru-baru ini.Dalam merumuskan kurikulum khas RA ini, Direktorat KSKK Madrasah melibatkan praktisi pendidikan, guru RA, pengawas, widyaiswara, dan dosen.

Bacaan Lainnya

Ahmad Umar juga menjelaskan, kurikulum khas RA ini disusun berlandaskan pada fitrah anak sebagai manusia yang akan tumbuh dan berkembang.

“Disamping itu juga karakteristik kurikulum RA ini menyiapkan pribadi muslim wasathiyah di tengah keragaman hidup berbangsa, bernegara dan pergaulan internasional. Kurikulum yang disusun ini diharapkan bisa menjadi pedoman bersama,”ujar Umar.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin berharap kegiatan ini memberi harapan besar terhadap terbentuknya anak yang memiliki moral.“Anak harus diajari bertanggungjawab, jujur dan sifat kenabian lainnya,”ungkap Kamaruddin.

Di beberapa negara, ia melihat pendidikan moral sudah diajarkan sedari dini, mereka diajari cinta lingkungan dengan praktik sederhana misalnya membersihkan kelas dan lingkungan pendidikan.”Saya yakin Kurikulum RA yang disusun ini sangat membimbing,”tegasnya.

Oleh sebab itu, ia berharap ada enam aspek penting yang harus dibahas dalam kegiatan tersebut. Pertama, aspek perilaku beragama. Anak harus didampingi untuk mengetahui tentang aqidah Islam, berakhlak karimah, perilaku beribadah sesuai syariah, bermuamalah, mengenal sejarah dan kebudayaan.

Kedua, fisik motorik. Ketiga aspek kognitif. Anak harus diajarkan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel. Keempat, aspek bahasa. Kelima aspek sosial-emosional dan keenam aspek seni.

“Siswa harus difasilitasi mengeksplorasi diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni,” tuturnya.

 

(muj/net)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *