Banyak Dosen Bingung Pilih Tema Penulisan

JAKARTA – Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, ada kendala besar yang dialami dosen saat membuat jurnal ilmiah berstandar internasional. Bukan pada bahasa Inggris, tapi lebih ke tema penulisan jurnal.

Banyak dosen yang bingung mau menulis tentang apa. Mereka cenderung miskin ide karena fokus pada mengajar.

Bacaan Lainnya

“Masalah bahasa bukan kendala utama bagi dosen dan guru besar ketika akan membuat publikasi internasional. Lebih pada tema apa yang akan ditulis,” kata Prof Ali di hadapan Ikatan Alumni Riset Pro (IASPro) di Jakarta.

Ada gap besar antara potensi dan yang diteliti. Dia mencontohkan Richard Harton yang menyatakan banyak ide yang bisa di-sharing karena potensi penelitian di Indonesia luar biasa, tapi belum optimal diteliti. Karena dosen lebih banyak mengajar daripada meneliti.

“Nah peneliti kita sudah meneliti tapi masih perlu ditingkatkan sehingga potensi yang ada bisa digarap dengan baik. Juga budaya atau kultur meneliti kita sudah ada tapi kurang kuat.

Kurang menjadi budaya yang menciptakan atmosfer akademik peneliti yang baik itu kurang akhirnya hasilnya juga kurang padahal potensinya besar,” paparnya.

Ali Ghufron juga mengungkapkan, ada gap besar antara peneliti muda dan senior. Ini karena regenerasi tidak berjalan cepat. Misalnya peneliti yang pensiun 1000 harusnya diganti 1000, tapi itu tidak terjadi. Mestinya setiap tahun ada yang baru.

“Makanya kemampuan antara dosen peneliti senior dengan yang muda-muda ini jauh sehingga terjadi gap. Akibatnya regenerasinya akan sulit,” ucapnya.

Agar tidak terjadi gap, lanjut Ali Ghufron, project IASpro diharapkan bisa meningkatkan kapasitas kualitas kompetensi dosen peneliti muda ini agar cepat menguasai ilmu teknologi. Kemudian pemerintah kirim ke berbagai negara dan pusat-pusat penelitian di dunia.

JAKARTA – Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, ada kendala besar yang dialami dosen saat membuat jurnal ilmiah berstandar internasional. Bukan pada bahasa Inggris, tapi lebih ke tema penulisan jurnal.

Banyak dosen yang bingung mau menulis tentang apa. Mereka cenderung miskin ide karena fokus pada mengajar.

“Masalah bahasa bukan kendala utama bagi dosen dan guru besar ketika akan membuat publikasi internasional. Lebih pada tema apa yang akan ditulis,” kata Prof Ali di hadapan Ikatan Alumni Riset Pro (IASPro) di Jakarta, Rabu (31/10).

Ada gap besar antara potensi dan yang diteliti. Dia mencontohkan Richard Harton yang menyatakan banyak ide yang bisa di-sharing karena potensi penelitian di Indonesia luar biasa, tapi belum optimal diteliti. Karena dosen lebih banyak mengajar daripada meneliti.

“Nah peneliti kita sudah meneliti tapi masih perlu ditingkatkan sehingga potensi yang ada bisa digarap dengan baik. Juga budaya atau kultur meneliti kita sudah ada tapi kurang kuat. Kurang menjadi budaya yang menciptakan atmosfer akademik peneliti yang baik itu kurang akhirnya hasilnya juga kurang padahal potensinya besar,” paparnya.

Ali Ghufron juga mengungkapkan, ada gap besar antara peneliti muda dan senior. Ini karena regenerasi tidak berjalan cepat. Misalnya peneliti yang pensiun 1000 harusnya diganti 1000, tapi itu tidak terjadi. Mestinya setiap tahun ada yang baru.

“Makanya kemampuan antara dosen peneliti senior dengan yang muda-muda ini jauh sehingga terjadi gap. Akibatnya regenerasinya akan sulit,” ucapnya.

Agar tidak terjadi gap, lanjut Ali Ghufron, project IASpro diharapkan bisa meningkatkan kapasitas kualitas kompetensi dosen peneliti muda ini agar cepat menguasai ilmu teknologi. Kemudian pemerintah kirim ke berbagai negara dan pusat-pusat penelitian di dunia.

Jadi dengan mengirim mereka, kami berharap kemampuannya bisa mendekati yang lebih senior, pengalamannya banyak bahkan kalau bisa melebihi karena perkembangan teknologi ini luar biasa,” ucapnya. Dia melanjutkan, bila SDM tidak kuat maka gapnya akan semakin lebar. Apalagi sekarang sudah memasuki revolusi industri 4.0, memang harus banyak peningkatan.

 

(esy/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *