JAKARTA — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional, dalam survei IPO yang dilakukan pada Agustus 2021, tingkat elektabilitas PKS yang pada April berada di urutan 5 dengan 5,3%, kini menurun ke posisi 8 dengan 4,9%.
Menurut Direktur eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah Putra, salah satu faktor merosotnya elektabilitas PKS adalah faktor yang disebutnya sebagai Gelora Effect.
“Kondisi PKS sangat mungkin dipengaruhi lahirnya Partai Gelora, di mana dalam temuan IPO, Gelora mendapat respons elektabilitas 0,7 persen, ini posisi bagus untuk partai baru. Dan berbanding terbalik dengan nasib sesama newcomer Partai Ummat yang belum mendapat respons publik, alias 0,0%,” jelas Dedi, dalam keterangannya, Sabtu (14/8).
Berbeda dengan PKS, PAN justru mengalami peningkatan signifikan. Dari posisi pada April 2021 di angka 2,2%, elektabilitas PAN meningkat ke 5,8% pada Agustus 2021.
“Meskipun mengalami perpecahan dengan hadirnya Partai Ummat, tetapi Zulhas (Zulkifli Hasan, Red) berhasil membuktikan kepiawaiannya menjaga soliditas PAN, bahkan berhasil mengungguli PKS. Ini temuan menarik sekaligus pesan untuk PKS agar lebih waspada,” kata Dedi.
Ditambahkan Dedi, pergerakan elektabilitas PAN ini sangat prospektif. Apalagi pencapaian elektabilitasnya bisa meningkat 100 persen dari hasil temuan data sebelumnya.
“Presentase peningkatan PAN cukup mengagetkan jika dibanding survei sebelumnya hanya 2,2 persen. Kini PAN mengantongi perolehan elektabilitas 5,8 persen. Naik seratus persen lebih, dan ini sejalan dengan respons publik pada ketokohan Zulhas yang berhasil masuk 10 besar,” paparnya.
Dalam pandangan Dedi, dari data temuannya ini bisa ditarik kesimpulan bahwa ada pertarungan sengit antarpartai politik dalam meraih elektabilitasnya.