Musim Kemarau Diprediksi Panjang

PEMADAMAN SEADANYA: Bhabinkamtibmas dan Babinsa melakukan pemadaman dengan rating kayu seraya menunggu mobil pemadam datang. Sepetak tanah yang diduga awal muncul api di lahan Jalan Petuk Katimpun diberi garis polisi, Minggu (30/6). (Agus Pramono/Kalteng Pos/Jawa Pos Group)

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) merilis data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa musim kemarau dimulai dari Juli hingga Oktober 2019. Musim kemarau pada tahun ini diprediksi lebih panjang dibandingkan 2018 lalu.

Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kemenko PMK Dody Usodo Hargo Suseno menyampaikan, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2019. “Disampaikan dari BMKG, kekeringan dimulai dari bulan Juli sampai Oktober nanti, kemudian puncaknya akan terjadi di bulan Agustus,” ujar Dody dalam jumpa pers di Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (30/7).

Bacaan Lainnya

Bahkan kata Dody, data dari BMKG, kemarau tahun ini akan jauh lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya. “Dan kekeringan tahun ini akan melebihi kekeringan pada 2018, memang itu risiko daerah tropis seperti itu,” ucap Dody.

Dody menuturkan, beberapa wilayah di pesisir selatan Pulau Jawa sudah mengalami kekeringan. Karenanya kata dia, potensi bencana kekeringan dan kebakaran hutan harus diwaspadai oleh sejumlah masyarakat yang bermukim di sejumlah titik panas. “Seiring prediksi tersebut (kemarau lebih panjan) tentunya potensi bencana kekeringan dan kebakaran hutan maupun lahan penting diwaspadai. Nah itu sudah dilakukan juga oleh rekan kami, dari BNPB,” jelas Dody.

Untuk mengantisipasi panjangnya musim kemarau, pemerintah telah melakukan antisipasi ancaman bahaya kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menerjunkan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla sebanyak 1.502 orang.

Satgas tersebut ditempatkan di beberapa Provinsi di Indonesia di antaranya di Riau, Sumetera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. “Tugasnya di samping ikut mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan, juga memberikan edukasi kepada masyarakat yang kemungkinan besar akan terdampak dari karhutla tersebut,” ungkap Dody.

Dody menuturkan, wilayah yang terancam karhutla tersebar di 28 provinsi dengan luas wilayah 11.744.437 hektare. Pihaknya pun memprediksi sebanyak 48.491.666 jiwa berpotensi terpapar. Adapun upaya yang sudah dilakukan oleh kementerian lembaga dalam menghadapi darurat kekeringan di antaranya pendistribusian air bersih hingga kampanye hemat air. “Kemarin itu sudah didistribusikan sebanyak 7.045.400 liter air, penambahan jumlah mobil tangki, hidran umum, pembuatan sumur bor, dan kampanye hemat air,” pungkasnya.

 

(jpg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *