Kini Giliran Jemaah Haji Indonesia di Mina Kurang Layak,  Makanan Telat, Seusai Kasus Muzdalifah

Jemaah-Haji-Indonesia
Suasana maktab atau tenda di Mina yang ditempati jemaah haji asal Jawa Timur.(foto : ilustasi/dok Radar Sukabumi)

JAKARTA – Seusai kasus ribuan jemaah Indonesia sempat telantar atau lambat terangkut dari Muzdalifah ke Mina, keluhan lain mengemuka. Kali ini, menyangkut layanan maktab atau tenda di Mina. Banyak jemaah menyebut fasilitas tenda tidak layak. Sebab, satu tenda yang sebetulnya berkapasitas maksimal 200 orang, ternyata untuk satu kloter atau sekitar 450 orang.

’’Informasi dari beberapa jemaah haji Indonesia di Mina, mereka tidak bisa tidur, bahkan merebahkan diri saja susah. Duduk-duduk saja di dalam tenda rasanya penuh sesak,’’ kata Ahmad Nawardi, tim pengawas haji Indonesia dari DPD RI melalui sambungan telepon kepada Jawa Pos, Rabu (28/6) malam.

Bacaan Lainnya

Karena itu, senator asal Jawa Timur itu meminta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dengan jajarannya segera menangani persoalan tersebut. Sebab, jemaah baru sehari berada di Mina. “Kami meminta ke Gus Menteri untuk segera mengatasi persoalan ini dengan mencari plan-plan alternatif,” tegas Nawardi.

Menurut dia, sebetulnya persoalan itu harus sudah bisa diantisipasi jauh-jauh hari. Sebab, data jumlah jemaah tahun ini sudah normal lagi. Yakni, mencapai 209.782 orang dan tambahan kuota sekitar 8 ribu orang. Karena itu, petugas di lapangan semestinya sudah bisa memperkirakannya dan melakukan antisipasi-antisipasi dengan menyiapkan plan A, B, dan seterusnya.

Sebelum puncak haji, juga tentu telah dilakukan pemantuan-pemantuan. Terutama untuk ritual di Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Mulai dari layanan tenda, transportasi, fasilitas umum hingga kecukupan makanan. Namun, ternyata situasi dan kondisi di lapangan masih terbilang relatif cukup jauh panggang dari api. Kendati demikian, Nawardi optimistis Menteri Agama mampu menjawab keluhan jemaah tersebut.

Selain persoalan tenda di Mina, tim pengawas haji dari DPD RI juga mendapat laporan makanan katering jemaah sering telat datang. Bahkan, ada yang kurang matang sehingga harus dimasak lagi. ‘’Laporan hari pertama di Mina, pada 10 Zulhijah atau 28 Juni pagi hari, ada makanan tidak datang. Siang jemaah hanya diberi susu dan buah. Bahkan, malam sampai jam 22.50, makanan belum sampai di tenda,’’ ungkapnya.

Sebelumnya, ribuan jemaah haji Indonesia juga tertahan di Muzdalifah. Bus-bus yang akan mengangkut mereka ke Mina dilaporkan terjebak macet. Akibatnya, ribuan jemaah sempat tertahan lama di tengah cuaca ekstrem. Suhu mencapai 44 derajat Celcius di Muzdalifah. “Datang jam 3 dini hari di Muzdalifah dari Arafah, baru diangkut ke Mina pukul 11.00 siang,’’ ungkap salah seorang jemaah haji asal Gresik kepada Jawa Pos.

Dari data yang dihimpun Jawa Pos, sebetulnya total jumlah jemaah haji tahun ini relatif tidak banyak. Dilansir dari otoritas statistik Arab Saudi seperti dilaporkan Stasiun TV Pemerintah AL Ekhbariyah, jumlah jemaah haji 2023 dari seluruh dunia mencapai 1.845.045. Angka itu disebut masih cukup jauh dari ekspektasi pemerintah Arab Saudi.

Tahun-tahun sebelumnya, jumlah jemaah haji jauh lebih besar dari angkat tersebut. Pada 2019, totalnya mencapai 2,5 juta orang. Bahkan, pada 2012 menembus 3,2 juta orang.

Sementara itu, data dari Siskohat, total jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal hingga hari ke-37 atau pada 28 Juni, sudah ada sebanyak 191 orang. Angka ini sudah jauh di atas angka komulatif 2022 lalu. Namun, tahun lalu, kuota jemaah hanya separo dari kuota normal. Adapun jemaah yang dirawat mencapai 413 orang. Baik di Madinah, Jeddah, dan Makkah.

‘’Mari kita terus saling mendoakan, bermujahadah, agar jemaah haji Indonesia diberikan kesehatan dan kemudahan hingga kepulangan ke tanah air. Sebagai pengawas haji, kami juga meminta agar Gus Menteri dan jajaran diberikan kekuatan untuk terus memperbaiki pelayanan sampai akhir,’’ pungkas Nawardi. (JPG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *