Erupsi Gunung Semeru, Ibu Muda Lindungi Anak Balitanya Hingga Napas Terakhir

erupsi Gunung Semeru
Ibu muda bersama bayinya tewas berpelukan korban erupsi Gunung Semeru (ist)

LUMAJANG — Kisah pilu ibu dan anak terjadi saat erupsi Gunung Semeru, Lumajang. Ibu muda usia 25 tahun ini memeluk erat balitanya hingga napas terakhir dari awan panas Semeru.

Jenazah ibu muda dan anak balitanya ditemukan petugas dalam posisi berpelukan. Si Ibu melindungi balitanya dari awan panas Semeru dan keduanya tak sempat melarikan diri dari awan panas tersebut.

Bacaan Lainnya

Kejadian pilu ini terjadi di Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Ibu dan anak balitanya ini tertimbun abu vulkanik.

Jenazah ibu dan anak balitanya ini ditemukan oleh relawan Garda Pemuda (GP) Baret Nasdem Jember yang ikut dalam proses evakuasi bersama TRC BPBD Jember.

Lokasi ibu dan anaknya ini berada di dalam rumah yang atapnya sudah hancur dan pondasi tertimbun abu vulkanik.

“Saat tadi proses evakuasi, kita menemukan jenazah ibu peluk anak. Sekitar pukul 06.30 pagi,” kata Ketua Tim SRU 1 Relawan Baret Nasdem Jember Raditya dikonfirmasi melalui ponselnya, Minggu (5/12/2021).

Saat ditemukan, ibu dan anaknya ini berada di bawah tumpukan pasir debu abu vulkanik setebal kurang lebih 2 meter.

Relawan awalnya menemukan korban hanya bagian telapak tangannya yang berada di permukaan pasir.

Belum diketahui terkait identitas ibu dan anak balitanya ini.

Raditya menceritakan, timnya datang ke lokasi atas atas permintaan seorang kakek yang panik minta pertolongan menyelamatkan anak dan cucunya.

“Karena panik tidak sempat menanyakan namanya si kakek. Kita langsung berangkat ke lokasi pukul 6 pagi tadi. Saat itu kita temukan korban, ibu peluk anak, yang merupakan cucu dan anak dari si kakek,” katanya.

“Saat itu si kakek (teriak) histeris. Iki putuku mas, iki putuku (ini cucuku mas, ini cucuku),” jelasnya.

Ibu muda ini kisaran umur antara 25 – 30 tahun. Sementara anaknya masih usia balita dan dalam posisi digendong.

“Anaknya masih balita dalam posisi digendong. Tidak bisa dikenali dan kulitnya banyak terkelupas. Hanya diketahui dari pakaian sobek dan warnanya. Posisi awal di bawah tumpukan pasir,” jelas Raditya.

Proses evakuasi dilakukan dengan hati-hati dan baru bisa dievakuasi sekitar pukul 7.30 WIB. Dengan menggali tumpukan pasir menggunakan sekop dan alat seadanya.

“Lokasi tepatnya di ujung perkampungan, Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo,” ucapnya.(ral/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *