BMKG Sebut InaTEWS Jadi Andalan Deteksi Aktivitas Megathrust Selat Sunda

Peta zona megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda, dan 11 zona megathrust lainnya di wilayah Indonesia. (Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG)
Peta zona megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda, dan 11 zona megathrust lainnya di wilayah Indonesia. (Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG)

JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai sistem InaTEWS masih menjadi andalan untuk mendeteksi potensi bahaya yang ditimbulkan bila terjadi aktivitas dari zona megathrust segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin (12/8) malam, mengatakan bahwa InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) itu memungkinkan proses monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami semakin cepat dan akurat.

Bacaan Lainnya

Sensor-sensor sistem InaTEWS di berbagai titik strategis, baik di darat maupun di laut, kata dia, juga dapat segera meyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh Indonesia karena sudah terintegrasi antar-instansi.

BMKG menilai pemanfaatan InaTEWS cukup efektif membantu memantau aktivitas gempa dan tsunami di zona megathrust luar wilayah Indonesia. Selain itu, untuk mendeteksi dampak pasca-gempa 7,1 magnitudo dari zona megathrust Nankai di Jepang pada tanggal 8 Agustus 2024.

Ketepatan tersebut juga didukung oleh peralatan penunjang untuk pengamatan gempa bumi berupa sismometer, accerelometer, dan sebanyak 56 unit intensitymeter yang sudah dioperasikan BMKG di jaringan monitoring gempa bumi kuat di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *