Berenang Bersama Puluhan Hiu Penghuni Kepulauan Karimunjawa

Semakin Ganas jika Dipancing dengan Ikan Busuk Para pemenang medali perak Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka Jawa Timur punya kesempatan langka.

Mereka menjajal berenang bersama belasan ikan hiu.EDI SUSILO, Jepara

SABTU (21/10) pukul 14.00, perahu yang disewa rombongan merapat di dermaga kecil di sisi selatan Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah.

Dermaga tersebut juga langsung menyambung dengan lokasi penangkaran Hiu Kencana. Memasuki area penangkaran, rombongan disambut lima petak kolam yang memiliki ukuran berbeda.

Di bagian depan, berjajar tiga kolam seluas 10 x 10 meter. Dari atas kolam, ikan yang memiliki gigi mirip gergaji itu terlihat ber se liweran, berlanggak lenggok dengan gaya berenang yang mantap.

Gaya berenang sang predator tersebut membuat beberapa peserta menggelengkan kepala. Ketegangan kian terasa ketika Bambang Lendro Hermanto, pemandu

rombongan, memberikan tawaran cukup menantang. ”Ayo siapa yang berani nyebur,” katanya.
Tawaran menantang itu tidak dijawab kompak oleh peserta.

Ada yang diam membisu. Ada pula yang senyum-senyum sendiri. Tawaran tersebut baru terjawab ketika tiga peserta memberanikan diri untuk nyemplung ke kolam.

Sambil bergan dengan, para peserta mulai menuju tengah kolam. Beberapa menit peserta

nyemplung, empat hiu terlihat datang mendekat. Gerakan ikan Selachimorpha itu membuat ketiganya makin merapatkan barisan, sambil berharap bagian tubuh mereka tetap utuh, tidak dijamah si gigi runcing.

Berada di kolam selama dua menit, ketiganya mulai bisa mengendalikan situasi. Namun, posisi tersebut mulai berubah ketika Bambang berbuat iseng.

Dia memancing kemarahan hiu dengan menggunakan umpan ikan mati yang diikat pada tali senar. Ikan mati yang sudah membusuk itu kemudian dipantulkan berulang-ulang di permukaan air.

Gerakan tersebut menciptakan riak air yang membuat banyak hiu mendekat. Berlomba menyambar umpan. ”Mas, uwes Mas (sudah, Mas, Red). Jangan dipancing lagi,” ungkap Ahmad Syaifudin kepada pemandu.

Permintaan tersebut lantas membuat para peserta yang berada di pinggir kolam cekikikan. Sambaran hiu pada umpan ikan busuk itu memang cepat. Sekali

menyambar, hiu langsung berbelok cepat. Kibasan ekor membuat kolam yang tenang mulai berge lombang.
Sambaran hiu pada umpan tersebut tidak datang sekali, tapi bergantian.

Satu ekor selesai menyambar, seekor lainnya langsung mengikuti. ”Pokoknya, tangannya jangan ditaruh di bawah air ya,” jelas Bambang memberikan instruksi.

Instruksi itu langsung direspons secara kompak. Ketiga peserta mengangkat tangan. Kompak. Puluhan hiu di penangkaran Hiu Kencana memang sudah tidak sebuas yang ada di alam. Mereka terbiasa dengan kehadiran manusia.

Meski begitu, naluri sebagai hewan buas tetap melekat pada hiu. Jadi, para wisatawan yang
ingin menjajal berenang harus mematuhi peraturan.

”Dulu ada yang pernah digigit. Sampai jarinya sobek. Soalnya, mereka tidak mematuhi aturan,” ungkap
pengelola Hiu Kencana Agus Hermawan.

Ada dua jenis hiu yang ditangkarkan di penangkaran Hiu Kencana. Yakni, hiu hitam bersirip putih dan hiu putih sirip hitam. Keduanya merupakan jenis hiu

karang yang hidup di sekitar Kepulauan Karimunjawa. Andalan Daerah Kwarda Jawa Timur Bidang Bina Muda Putra Mahsun Ismail menyampaikan, kegiatan mengunjungi penangkaran hiu tersebut akan memiliki dampak positif bagi peserta.

Terutama dalam melihat usaha intervensi manusia dalam menjaga alam. ”Jadi, melalui ini, anak-anak akan tahu bahwa manusia bisa berbuat baik dengan alam,” terangnya.

Selain itu, melalui kegiatan tersebut, mental keberanian peserta dilatih. Khususnya jika menghadapi masalah yang sedang dihadapi, anak harus mampu menye lesaikannya. (*/c25/diq)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *