Psikolog Joko Kristianto Sebut Orang Sukabumi Butuh Waktu Menerima New Normal

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – New normal adalah istilah yang sedang populer dan trending topic di Indonesia saat ini. Kendati tidak ada pernah ada dalam perundang-undangan dan regulasi manapun, Pemerintah Indonesia bakal mengeksekusi new normal menjadi kebijakan.

“New normal itu memang sekarang sedang dipopulerkan oleh pemerintah maupun oleh beberapa masyarakat menyampaikan tetang cara bersikap diri Dan berinteraksi sosial dengan cara yg baru, yang semuanya berpedoman pada nilai sehat dan kesehatan informasi ini memang dengan sengaja untuk diviralkan supaya masyarakat mulai familiar dengan istilah tersebut,” kata psikolog Kota Sukabumi, Joko Kristianto kepada Radarsukabumi.com, Jumat (29/5/2020).

Bacaan Lainnya

Joko yang juga Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Sukabumi mengatakan, diksi new normal atau normal yang baru kini tersimpan di dalam pikiran alam bawah sadar warga masyarakat. Sehingga orang-orang yang menerima informasi tersebut secara otomatis beradaptasi yang harus terus diulang-ulang sehingga menjadi sikap baru dalam cara bersikap dan berinteraksi dengan masyarakat.

“Bahwa memang kita harus sudah menyiapkan kondisi yang baru dan memang sebetulnya kita sudah beberapa bulan ini memang sudah dalam posisi adaptasi terus di depan kita berubah total bukan cuma masalah kesehatan tapi juga semua aspek kehidupan,” ujar Joko.

Sebagai contoh kasus, imbuh Joko, ketika merubah kebiasaan air minum yg dulu direbus, sekarang dengan teknologi baru mulai RO, ozone, ultraviolet dan lainnya. “Dan semua itu butuh waktu untuk bisa diterima, apalagi situasi sekarang bukan cuma kesehatan tapi semua aspek kehidupan dan semua harus dimulai dari pembiasaan istilah,” jelas dia.

Lantas pertanyaannya adalah, apakah new normal akan memberikan dampak yang positif atau justru negatif kepada tatanan kehidupan sebelum pandemi corona ada? Dan apakah masyarakat Sukabumi dapat menerima new normal ini?

Joko menilai dan meyakini bahwa new normal akan memberikan dampak yang positif, tanpa harus menyertakan aspek like and dislike tapi true or false. Bahkan, kata dia lagi, bagi pihak yang menolak dan yang menganggap bahwa new normal memberikan efek negatif pun akan membutuhkan waktu.

“Kalau saya secara pribadi masalah new normal ini memberikan dampak positif, tidak meletakkan atas dasar like and dislike tapi harus true or false memang mau tidak mau, suka tidak suka, memang semuanya harus berubah yang tadinya tidak memperhatikan kesehatan sekarang sudah harus memperhatikan kesehatan. Yang tadinya sikapnya itu biasa-biasa aja kita menaikkan kualitas diri kita yang tadinya kita tidak memikirkan hal-hal yang tidak perlu karena sudah kebiasaan maka sikap ini sudah harus diwujudkan di dalam diri,” paparnya.

“Itu tadi butuh waktu jangankan yang menolak, yang menerima new normal pun butuh waktu, semuanya mengalami shock,” tuntas Joko. (izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *