Pencegahan DBD Dinkes Fogging 44 Lokasi

CIKOLE — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menggelar pengasapan atau fogging di 40 titik yang tersebar di 33 kelurahan. Langkah tersebut sebagai upaya untuk mengantisipasi mewabahnya penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi Lulis Delawati mengungkapkan ditengah tingginya intensitas hujan akhir-akhir ini, menjadi sangat rawan akan menjangkitnya penyakit DBD di tengah masyarakat.

Bacaan Lainnya

Diperkirakan fase rawan tersebut terjadi selama bulan November ini hingga Desember mendatang.

Untuk menekan ancaman penyakit tersebut, kelembagaannya memutuskan untuk melakukan fogging.

Saat ini dinkes menetapkan 40 lokasi yang tersebar di tujuh kecamatan sebagai target fogging. Proses pembasmian nyamuk Aedes aegypti itu direncanakan akan berlangsung selama hampir satu bulan.

“Setiap hari akan dilakukan fogging. Diperkirakan kegiatan pengasapan di 40 lokasi tersebut akan selesai hingga tanggal 20 Desember mendatang,” ungkap Lulis kepada Radar Sukabumi, Rabu (29/11).

Dijelaskannya penentuan lokasi fogging itu didasarkan pada kerawanan penyebaran DBD di masing-masing wilayah. Terutama di daerah dengan kasus penyebaran DBD yang cukup tinggi.

Dengan adanya kegiatan fogging tersebut, maka kasus DBD di awal 2018 mendatang pun bisa ditekan.

“langkah fogging ini akan efektif bila dibarengi degan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” ucapnya. Sesuai prosedur warga yang lingkungannya akan di fogging maka harus melakukan kegiatan bersih-bersih. Kegiatan PSN tersebut untuk membunuh keberadaan jentik nyamuk.

Setelah itu, kata dia, fogging digelar untuk membunuh nyamuk dewasa. Selain di 40 lokasi ini, sebelumnya dinkes juga menggelar fogging focus di sejumlah titik yang dilakukan berdasarkan penilaian.

Dalam artian fogging hanya bisa dilakukan jika di sebuah daerah ditemukan lebih dari satu kasus DBD positif.

Diungkapkannya pada tahun 2017 kasus kematian warga akibat penyakit tersebut hanya satu orang. Kematian DBD ini terjadi pada anak tiga tahun di Kelurahan Cibeureum Hilir, Kecamatan Cibeureum pada Mei 2017 lalu. Kasus DBD cukup tinggi yakni 48 kasus.

Jumlah kasus di Mei 2017 merupakan yang tertinggi dibandingkan bulan lainnya.

“Kasus kematian akibat DBD pada 2017 mengalami penurunan, berbeda pada 2016 lalu kasus kematian akibat DBD mencapai lima orang. Ke depan dinkes akan mengajak masyarakat untuk terus menggiatkan gerakan PHBS di lingkungannya masing-masing agar terhindar dari berbagai penyakit,”tutupnya.

Tingkat penurunan kasus DBD di tahun ini diperkirakan mencapai 200 persen. Pada 2016 lalu total kasus DBD di Kota Sukabumi mencapai sebanyak 854 kasus.

Sementara pada 2017 ini terutama pada kurun waktu Januari-Oktober menunjukkan kasus DBD hanya sebanyak 318 kasus. Data ini memperlihatkan angka kematian karena DBD menurun.

Sementara itu Kepala Dinkes Kota Sukabumi dr Rita Nenny mengungkapkan terjadinya penurunan kasus DBD tersebut disebabkan oleh efektifnya kegiatan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tengah masyarakat.

Selama ini Dinkes secara rutin melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai PHBS dan peduli lingkungan kepada masyarakat.

“Imbasnya angka kematian akibat penyakit DBB mengalami penurunan,” tegasnya. (cr11/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *