LSL Dominasi Kasus HIV/AIDS Kota Sukabumi

KPA Kota Sukabumi
Sekretaris KPA Kota Sukabumi Fivi Kusuma Jaya, bersama Asisten Daerah tiga Iskandar dan Subko P2PM Dinas Kesehatan Denna Yuliavina, dalam kegiatan Rakor Akhir Tahun pencegahan dan penanggualangan HIV AIDS

CIKOLE– Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Sukabumi mencatat, kasus HIV dan AIDS tertinggi di Kota Sukabumi pada tahun 2022 didominasi oleh faktor Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL).

Sekretaris KPA Kota Sukabumi, Fifi Kusuma Jaya mengatakan, pihaknya mengaku sulit dalam mengindentifikasi kasus LSL tersebut, sebab mereka sangat ekslusif atau menutup diri.

Bacaan Lainnya

“Disaat kita akan melakukan pengecekan atau tes terhadap LSL, kebanyakan mereka menolak tidak mau di tes statusnya, itu yang menjadi kesulitan kita,” ujar Fifi kepada Radar Sukabumi usai kegiatan rapat koordinasi akhir tahun di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Selasa (20/12).

Selain itu Fifi menjelaskan, beda hal dengan yang lain sangat mudah diidentifikasi, misalkan di saat masuk rumah sakit mau melakukan operasi, pasti ketauan karena langsung diperiksa.

“Jadi kita membutuhkan regulasi yang kuat, jika mereka yang tidak mau dites, biasa diarahkan dengan regulasi yang sudah kita buat,” jelasnya.

Fifi menambahkan, saat ini KPA terus melakukan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS dengan mengusung program Aku Bangga Aku Tau. Program ini lebih kepada sosialisasi dengan sasaransekolah dan kampus.

“Jadi program tersebutuntuk merubah stigma seseorang terhadap HIV dan AIDS, betul bahwa AIDS dapat menular tetapi tidak bisa menular melalui air liur,” paparnya.

Sementara itu, Subkordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Denna yuliavina mengatakan, pihaknya akan lebih meningkatkan penguatan layanan tentang kesehatan sesuai intruksi dari Kementerian Kesehatan. Tidak hanya itu, akses pengobatannya pun akan lebih diperluas.

“Kemudian Puskesmas kita jadikan sebagai Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP). Untuk tahun ini memang belum ada, tapi ada dua Puskesmas yang sudah dilatih. Dan harapanya tahun depan itu sudah ada dari Puskesmas sehingga pasien HIV tidak lagi ke rumah sakit,” ungkapnya.

Lanjut Denna, saat ini kesadaran masyarakat sangat tinggi untuk melakukan testing HIV AIDS, sehinga melampawi dari target.

“Misalkan target dalam satu tahunya untuk tes HIV delapan ribu, tetapi ini berhasil melebihi target menjadi 10 ribu. Setelah dilakukan tes maka akan ketauan gejala yang timbul, rata-rata gejala awalnya batuk dan jamur pada mulut,” pungkasnya. (Cr4/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *