Manfaat Daun Kari, Penyedap Masakan Sekaligus Penjaga Fungsi Otak

Daun-Kari
TERPIKAT WANGINYA: Dita Putri memilah daun kari yang akan dijadikan minuman. Daun kari umumnya digunakan sebagai campuran masakan.

Oleh Prof Dr Apt Mangestuti Agil MS
Guru besar Botani Farmasi dan Farmakognosi
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

RADAR SUKABUMI – Daun kari (ada yang menyebutnya kare) bukan sekadar rempah untuk masakan. Berbagai penelitian membuktikan manfaat tanaman itu untuk menjaga fungsi otak dan liver, serta mengendalikan berat badan, diabetes, hingga kadar lemak dalam darah. Peneliti India menyebut tanaman daun kari sebagai tanaman ajaib.

Bacaan Lainnya

BAU dan cita rasa daun kari asal India menjadi daya tarik awal pemakaiannya di dunia kuliner. Masakan kari asli India selalu menggunakan daun itu sebagai salah satu rempahnya.

Yang menarik, warga Aceh juga menggunakan daun kari sebagai rempah masakan khas daerah itu. Termasuk kuliner kari dan masakan ayam tangkap ala Aceh.

Tak tertutup kemungkinan, hal itu berkaitan dengan lalu lintas perdagangan laut berabad lalu yang mengawali pertukaran budaya India-Indonesia. Yang pasti, pertukaran tersebut menjadi awal pengenalan tradisi penggunaan berbagai bahan alam asli India.

Tanaman daun kari sudah berabad-abad lamanya menjadi bagian dalam keseharian masyarakat India. Bahkan, ia terpilih sebagai salah satu herbal dalam sistem pengobatan tradisional India, Ayurveda.

Kemudahan men dapatkannya pasti menjadi penyebab awal penggunaannya sebagai penambah rasa dan menimbulkan bau spesifik makanan.

Saat ini pun daun tanaman itu sudah digunakan secara luas pada masakan selain kari. Misalnya, masakan daging, ikan, sayur, telur, dan sup.

Nama ilmiah tanaman kari adalah Murraya koenigii, dari suku Rutaceae. Berasal dari India, tanaman kari tumbuh baik dan mudah di Indonesia.

Tinggi tanaman itu bisa mencapai 5 meter. Cukup dengan menancapkan potongan cabang atau batang ke media tanam, dalam waktu relatif singkat sudah terlihat pertumbuhannya.

Yang paling mudah dikenal adalah bentuk dan bau daun. Bentuknya lonjong dengan warna hijau yang cenderung terang, tepi daun bergerigi kecil, dengan ujung daun meruncing. Rasa pahit, dengan bau yang memang spesifik dan cukup tajam.

Bau itu mengindikasikan adanya kandungan minyak esensial di dalamnya. Ada yang menyamakan daun kari dengan daun salam. Namun, ukuran, bentuk, dan bau keduanya berbeda.

Dalam bahasa Inggris, nama daun itu adalah curry leaf, bahasa Indonesia salam koja, Malaysia mengenalnya dengan nama garupillai, sedangkan di Tiongkok dikenal dengan ma jiao ye.

Penggunaan awal sebagai bumbu masak memberi bukti empiris kemampuan daun kari dalam menjaga fungsi saluran cerna. Sifat yang ’’mendinginkan’’ membuat daun kari bisa dikonsumsi untuk mengatasi radang, gatal-gatal, dan menurunkan suhu tubuh yang meningkat.

Seiring berjalannya waktu, ada catatan penggunaan bagian lain tanaman tersebut untuk kesehatan. Seperti akar, kulit batang, dan buahnya. Temuan itu tentu menarik perhatian peneliti, terutama yang berasal dari India.

Itulah sebabnya penelitian ilmiah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Hasilnya variatif. Menunjukkan berbagai aktivitas seperti menjaga fungsi otak, liver, mengendalikan berat badan, diabetes, hingga kadar lemak dalam darah.

Khasiat sebagai antioksidan dan antiradang tak perlu diragukan lagi. Bahkan, peneliti India menyebut tanaman daun kari sebagai tanaman ajaib.

Tulisan di salah satu jurnal terbaru mengindikasikan berbagai zat kandungan seperti terpenoid, fenol, berbagai jenis mineral dan vitamin, karoten, serat, dan lainnya.

Namun, yang paling banyak mendapat perhatian peneliti adalah minyak atsiri dan senyawa golongan alkaloid.

Penyulingan daun menghasilkan minyak atsiri dengan jumlah dan jenis komponen yang sangat kaya. Itulah yang mendasari khasiatnya sebagai antijamur, yang terbukti melalui uji pada 10 jenis jamur penyebab penyakit.

Efek antioksidan minyak juga sangat baik. Bahkan, efektivitasnya dapat dibandingkan dengan antioksidan sintetik.

Minyak atsiri daun kari cocok sebagai bahan baku dalam industri pangan, kosmetik, dan obat. Misalnya, sebagai pewangi alami sabun dan minyak aromaterapi.

Penjaga Kesehatan Otak Beragam uji khasiat sudah dilakukan. Namun, efek pada fungsi otak perlu mendapat perhatian. Ini untuk membantu antisipasi menurunnya kerja otak yang dapat memicu kepikunan dan penuaan dini.

Uji sudah dilakukan pada hewan percobaan, termasuk oleh peneliti India. Hasil publikasinya menunjukkan terjadinya perbaikan fungsi kognitif.

Artinya, terjadi peningkatan fungsi otak dalam memahami berbagai informasi melalui proses berpikir, pengalaman terdahulu, dan indra. Kewaspadaan pun meningkat sehingga membuat seseorang cepat tanggap terhadap berbagai perubahan.

Selain itu, hasilnya menunjukkan peningkatan kadar asetilkolin dan menurunnya kadar asetilkolin esterase.

Asetilkolin berperan dalam proses penghantaran sinyal atau pesan dari otak ke bagian tubuh lain sehingga terjadi kontraksi otot.

Kadarnya tak boleh berlebih agar otot tidak berkontraksi terus-menerus. Kalau berlebih, enzim asetilkolin esterase akan memecahnya sehingga asetilkolin menjadi tidak aktif.

Jadi, daun kari membantu mengendalikan keseimbangan kadar antara keduanya.

Studi tersebut juga mendukung pandangan tentang peran berbahaya dari radikal bebas terhadap kerusakan sel otak penyebab kepikunan. Hal itu diketahui melalui perbaikan angka protective antioxidant pada uji dengan ekstrak daun.

Protective antioxidant artinya antioksidan yang diperlukan untuk melindungi sel otak dari kerusakan oleh radikal bebas.

Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak sel, yang harus dinetralkan oleh antioksidan. Jadi, ekstrak daun kari dapat mengendalikan kerusakan sel otak akibat radikal bebas yang berlebih. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *