Lima Obat Melawan Virus Corona, yang Berpotensi Dikembangkan

VIRUS CORONA – Para ilmuwan kesehatan saat ini berjuang menemukan obat-obatan untuk mengobati COVID-19 yang masih menjadi pandemi.

Obat Malaria, HIV dan hipertensi dikembangkan untuk melawan SARS-CoV-2 karena menjanjikan hasil positif, walau ketiga penyakit itu tidak memiliki kesamaan dengan novel virus corona.

Bacaan Lainnya

Berikut obat-obatan yang tampaknya efektif melawan COVID-19 seperti dilansir Laman Los Angeles Times, Sabtu (21/3):

Klorokuin

Klorokuin merupakan versi sintetis kina, yakni senyawa alami yang diekstrak dari kulit pohon kina sejak awal tahun 1600-an. Obat ini digunakan pasien malaria selama beberapa abad.

Cara kerja obat ini memperlambat replikasi virus memasuki sel, kata ahli mikrobiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Karla Satchell.

Untuk melawan malaria, penting untuk meracuni sistem pencernaan beberapa parasit darah dalam genus Plasmodium yang disebarkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi.

COVID-19 disebabkan novel virus corona, bukan parasit. Para peneliti berhipotesis klorokuin bisa membantu pasien memperlambat penyebaran virus.

Klorokuin membatasi kemampuan virus menggunakan ruang dalam sel (disebut vakuola) untuk masuk ke dalam targetnya. Anggap saja sebagai “ruangan” di dalam tubuh sehingga memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk mengejar ketinggalan.

Uji klinis dilakukan di Cina untuk menguji kemanjuran klorokuin terhadap virus corona baru hasil awal menunjukkan potensi mengurangi tingkat replikasi virus.

Klorokuin diketahui aman untuk manusia (meskipun bisa mengakibatkan keracunan pada tingkat overdosis). Dalam penelitian praklinis, obat ini terbukti efektif melawan infeksi virus seperti sindrom pernapasan akut (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan HIV.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan, klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19. Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obat keras dan harus menyertakan resep dokter.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *