Daun Bambu Diolah Jadi Salep Obat Luka dan Gatal

salep dari ekstrak daun bambu
EKPERIMEN: Siswa SMP swasta di Kota Solo Immaroh Syafa’ul Muzdalifat meracik salep dari ekstrak daun bambu. (Istimewa)

RADARSUKABUMI.com – Selain gatal jika dipegang, daun bambu juga kadang melukai jari karena ketajamannya. Tapi di balik itu, daun bambu justru berkhasiat untuk kesehatan. Nah di tangan siswa SMP swasta di Kota Solo Immaroh Syafa’ul Muzdalifat, daun bambu diolah menjadi salep antigatal dan pengobat luka luar.

Penelitian dari para ahli mengungkapkan, daun bambu memiliki kandungan antioksidan, silika, vitamin, asam benzoat, asam hidrosianat, dan serat yang tinggi. Diklaim cepat menyembuhkan luka, menangkal radikal bebas, membantu perawatan kulit, detoksifikasi, meredakan nyeri haid, melancarkan sistem pencernaan, menurunkan kadar gula, hingga sebagai antibakteri.

Bacaan Lainnya

Oleh Immaroh Syafa’ul Muzdalifat, daun bambu disulap menjadi salep untuk mengeringkan luka luar dan mencegah gatal-gatal. Siswa kelas VIII tersebut menjelaskan, kandungan antibakteri dan antimikroba pada daun bambu, ampuh mengobati luka. Baik luka sayat, luka bakar, maupun lebam. Sekaligus mengobati infeksi dan pendarahan.

“Ide awal inovasi ini berangkat dari pengalaman pribadi. Kan di sekitar rumah banyak daun bambu yang berguguran dan bikin kotor. Karena itu saya mencoba mengolahnya menjadi salep,” katanya, Jumar (27/5) dikutip dari Radar Solo.

Tak asal meracik, salep tesebut sudah melalui riset mendalam di laboratorium sekolah. Tentunya di bawah pendampingan dan arahan dari para guru berkompeten di sekolahnya.

“Jadi sebelum bereksperimen, saya cari tahu dulu tentang kandungan daun bambu. Ternyata daun bambu memiliki banyak kandungan flavonoid sebagai antibakteri dan asam salisilat yang bisa mempercepat penyembuhan luka,” imbuhnya.

Immaroh juga menjelaskan proses pembuatan salep dari ekstrak daun bambu. Dia mengaku prosesnya cukup sederhana. Tak sembarangan, dia menggunakan daun bambu hijau yang masih muda dan segar. Karena kandungan antibakteri daun bambu hijau, jauh lebih banyak dibandingkan bambu kuning.

“Daun bambu dibersihkan dulu dengan air bersih. Lalu dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari di bawah sinar matahari. Setelah kering, daun mambu direndam dalam 70 persen larutan etanol selama 72 jam atau tiga hari,” jelasnya.

Kemudian daun bambu yang sudah direndam, disaring untuk diambil ekstraknya. Supaya teksturnya lebih kental, ekstrak daun bambu tersebut harus melalui proses evaporasi. Lalu diformulasikan dengan gliserin, asam salisilat, dan vaseline putih.

“Formulasinya, ekstrak daun bambu 3 ml, dicampur 7 gram vaseline putih, 2 tetes gliserin, dan 1 ml asam salisilat. Formulasi ini akan menghasilkan 8,33 gram salep,” urainya.

Setelah salep jadi, masuk tahapan pengujian. Immaroh mengaku hasilnya cukup bagus. Ampuh menyembuhkan luka luar dan gatal-gatal.

“Biasanya salep luka itu menyembuhkan dalam waktu tujuh hari. Tiap hari dioleh tiga kali. Kalau pakai salep daun bambu, hanya butuh waktu sekitar tiga hari saja. Cukup dioles dua kali sehari pada luka,” bebernya.

Melalui inovasi tersebut, Immaroh meraih juara I lomba karya ilmiah tingkat nasional bertajuk Pleasure Pelita Education Science Unique and Creative, Februari lalu. Padahal, ini merupakan lomba perdana baginya. Ke depan, dia berniat mengambangkan salep tersebut agar bermanfaat bagi masyarakat secara luas.

“Bahan baku daun bambu melimpah dan umumnya tidak dimanfaatkan. Padahal bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mengobati luka bakar dan gatal,” tandasnya. (radarsolo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *