Siaga Tsunami dan Gempa, Ratusan Siswa SD Ujung Genteng Ikuti Simulasi

RADARSUKABUMI,SUKABUMI— Ratusan Siswa SDN Cipaku Desa Ujung Genteng Kecamatan Ciracap mengikuti simulasi Bencana Tsunami, (09/08). Simulasi bencana Tsunami dan Gempa dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bekerja sama dengan Kabupaten Sukabumi.

Sebelumnya BNPB, mencatat berdasarkan hasil kajian risiko bencana di Indonesia, yang telah disajikan dalam aplikasi inaRISK (www.inarisk.bnpb.go.id). terdapat 5.744 desa/kelurahan yang ada di daerah rawan tsunami tersebar di wilayah pesisir di Indonesia, diantaranya 584 desa/kelurahan ada di selatan Pulau Jawa. Desa Ujung Genteng adalah salah satu Desa yang beresiko terdampak tsunami ataupun gempa.

Bacaan Lainnya

Fasilitator dalam ekpedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Regional Jawa Barat yang juga perwakilan dari Forum pengurangan risiko bencana (FPRB) Komaludin mengatakan, bahwa kegiatan Ekspedisi Destana Tsunami merupakan bagian dari upaya penanggulangan bencana diwilayah pesisir pantai yang ada di Pulau Jawa.

Kegiatan ini bertujuan untuk, menginformasikan potensi ancaman tsunami, mengsosialisasikan destana tsunami, termasuk indikator capaian pada aparat desa/kecamatan dan Kabupaten, Koordinasi Multisektor, indetifikasi awal ketangguhan desa rawan tsunami dan penanaman vegetasi perlindungan pantai.

“Kali ini kami datang ke Siswa SD, tentunya cara menyampaikannya berbeda sama dengan siswa SMP dan SMA, tapi tidak mengurangi esensi materi tentang bahaya Tsunami dan Gempa,”jelas Komaludin seusai mengedukasi siswa SD

Menurutnya, pengetahuan tentang bencana tsunami harus dilakukan sejak dini, femahaman soal tsunami dan gempa dilakukan untuk menekan terjadinya korban jiwa dan kerusakan akibat gempa. Kesiagaan dan kesiapan menghadapi bencana tsunami harus terbentuk dari sejak dini.

“Ini harus siaga, bencana Tsunami dan gempa bukan tidak mungkin terjadi. Maka sebagai masyarakat yang berada di rawan bencana harus siap menghadapinya,”terangnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, ekpedisi destana ini dilakukan selama 35 hari dimulai dari Banyuwangi Jawa Timur hingga berakhir di Provinsi Banten. Adapun yang untuk target sosialisasi adalah masyarakat sekitar pesisir pantai jawa, mulai dari sekolah-sekolah, pesantren dan warga-warga secara dikumpulkan di satu titik.

“Sementara, sebetulnya mereka lebih tau dari kita, cuma masalahnya mereka punya insting sendiri-sendiri. Yang kita perkuatnya adalah terbentuk sistem agar semua orang tau. Ketika terjadi jadi jangan hanya feeling individu tapi sudah menjadi sistem, “tukasnya.

Sementara salah murid SDN Cipaku Widia Asfalihiyah (8) yang duduk di Kelas III mengaku, bahwa dengan adanya sosialisasi tsunami bisa membantu tentang ancaman bahaya bencana tsunami yang bisa tejadi sewaktu-waktu.

“Bagus, sekarang saya jadi tau jika terjadi gempa harus seperti apa dan jika terjadi bencana tsunami harus kemana. Katanya jangan panik, tetap tenang dan bergerak sesuai instruksi yang tadi disimulasikan, “tukasnya. (hnd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *