Nelayan Ujunggenteng Tetap Melaut

FOTO : DOKUMENTASI RADAR SUKABUMI SIAP MELAUT: Nelayan Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap nampak sedang persiapan pergi melaut.

CIRACAP, RADARSUKABUMI.com – Meski Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung sudah mengeluarkan peringatan terkait cuaca ekstrim yang diperkirakan akan terjadi di wilayah perairan Jawa Barat, namun ratusan nelayan di pantai Selatan Sukabumi, tepatnya di pantai Ujung Genteng memilih untuk tetap melaut. Mereka menganggap kondisi cuaca saat ini masih biasa dan memungkinkan untuk tetap mencari ikan.

Ketua Rukun Nelayan Ujunggenteng, Asep JK mengatakan, berdasarkan data yang tercatat, nelayan pantai Ujung Genteng berjumlah 1.500 orang. Dari jumlah yang ada, sepertiganya sampai saat ini masih memutuskan untuk pergi melaut. “500 nelayan kami masih melaut. Cuaca seperti sekarang ini biasa dan masih normal untuk melaut,” jelas Asep kepada Radar Sukabumi melalui telepon selularnya, kemarin (8/8).

Bacaan Lainnya

Saat ini, lanjut Asep, kondisi air laut tidak terjadi pasang surut dan kondisinya sangat baik untuk para nelayan mencari ikan. “Kondisi air laut masih normal dan ketinggian gelombang hanya 1 meter. Ya, makanya banyak para nelayan yang pergi melaut,” paparnya.

Menurutnya, kondisi air laut seperti ini sudah biasa dilalui nelayan. “Pernah terjadi yang lebih parah dari ini, tapi para nelayan Ujung Genteng tetap berangkat. Soalnya mereka sudah terlanjur ke luar modal untuk perbekalan dan tidak mungkin kalau dibatalkan keberangkatannya,” bebernya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ombak yang membahayakan kapal ketika tingginya mencapai lebih dari 4 meter. Sementara saat ini ia memperkirakan tinggi ombak hanya mencapai sekitar 2 meter. “Selain itu, kondisi air laut saat ini juga sangat baik untuk tangkapan ikan. Mohon doanya saja supaya nelayan kami tetap terjaga selama melaut,” paparnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, BMKG Bandung, mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang akan terjadi pada beberapa hari ke depan. Hal ini berdasarkan pantauan pola sirkulasi eddy di Samudra Pasifik utara Papua. Selain itu, pola anging di wilayah Indonesia umumnya dari Timur sampai Selatan dengan kecepatan 5 sampai 25 knot.

Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan, kecepatan tinggi terpantau di Perairan Selatan Banten, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Kepulauan Talaud, Perairan Halmahera, Laut Maluku bagian utara dan Laut Halmahera. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.

“Berdasarkan prakiraan tinggi gelombang laut di perairan Jawa Barat, di mulai sejak 7 Agustus sampai 10 Agustus, perairan Selatan Sukabumi akan diperkirakan terjadi gelombang tinggi dengan ketinggian mulai dari 1,5 sampai 5,0 meter,” jelas Tony kepada Radar Sukabumi melalui telepon selulernya.

Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada seluruh nelayan dan warga yang tinggal di sekitaran perairan Selatan Sukabumi, agar memperhatikan risiko terhadap keselamatan pelayaran. “Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir pantai sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi, agar selalu waspada,” pintanya.

Sementara itu, Ketua Forum Komukasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi, Okih Fajri Assidik mengatakan, berdasarkan perkiraan tinggi gelombang maksimum di perairan Selatan Jawa Barat pada minggu ini, cukup riskan untuk aktivitas nelayan perahu kecil. Seperti jenis congkreng.

“Namun karena kebutuhan mendesak untuk memenuhi penghasilan mereka, para nelayan di perairan Selatan Sukabumi ada yang tetap nekat pergi melaut. Padahal, sudah kami ingatkan melalui Syahbandar dan HNSI,” katanya.

Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada seluruh nelayan yang tetap pergi melalut agar meningkatkan kewaspadaannya. Selain itu, ia juga menyarankan kepada para nelayan untuk melengkapi pengamanan saat melaut. Seperti membawa kelengkapan keselamatan. Diantaranya jaket pelampung dan memastikan agar mesin perahu dalam kondisi baik.

“Pada prinsipnya, kami akan senantiasa siaga menyikapi sikon cuaca yang ekstrim ini. Terutama, untuk wilayah perairan yang rawan. Untuk itu, kami akan terus menjalin koordinasi dengan seluruh stakeholder. Seperti Satpol Air, HNSI, PPNP untuk memantau kondisi air laut,” pungkasnya.

 

(Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *