Fasilitator Yes I Do Digembleng

CIKOLE – Plan Internasional Indonesia (PII) bersama empat komunitas menggelar pelatihan fasilitator untuk program Yes I Do di salah satu hotel kawasan Kota Sukabumi, Kamis (3/5). Sedikitnya 28 warga dari Kota dan Kabupaten Sukabumi mengikuti kegiatan ini.

Usai pelatihan, diharapkan para petugas lapangan ini mampu memberikan pemahaman dan penjelasan soal program Yes I Do kepada masyarakat luas.

Informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari, sejak tanggal 2 sampai 5 Mei mendatang. Adapun empat komunitas yang mendukung acara ini ialah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Lembaga Perlindungan Anak (LPAR), Perkumpulan untuk Pengembangan Usaha Kecil (PUPUK) dan Aliansi Semaja Independen (ARI).

Project Manager PII, Budi Kurniawan mengatakan, pelatihan ini sebagi bentuk pemberdayaan petugas lapangan dalam program Yes I Do. Adapun tujuannya yakni menciptakan fasilitator yang bisa meneruskan dan mengembangkan program berbasis keluarga ini.

“Kalau mereka sudah mapan menjadi fasilitator, kami yakin mereka bisa melanjutkan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang program (Yes I Do) kita ini,” ujarnya.

Dikatakan Budi, sejak tahun 2016, program ini lebih fokus pada pencegahan perkawinan usia anak, kehamilan remaja dan praktik berbahaya pada organ reproduksi perempuan hingga 2020 nanti. “Kita melakukan program ini kepada daerah yang angka perkawinan anaknya tinggi, seperti halnya Sukabumi, Lombok Barat dan Rembang,” katanya.

Dengan pelatihan ini, Budi berharap para petugas dan masyarakat memiliki keterampilan pemberdayaan suatu kelompok dalam melakukan pemecahan masalah melalui program Yes I Do. “Semoga setelah mengikuti pelatihan ini mereka memiliki keterampilan untuk menjadi seorang fasilitator yang handal,” harapnya.

Sementara itu, manager program Yes I Do PKBI Sukabumi, Deri Irawan mengatakan, pelatihan fasilitator ini diharapkan juga nantinya dapat memperbanyak agen perubahan, baik di Kota maupun Kabupaten Sukabumi yang sama-sama turut berjuang untuk mememenuhi hak anak, kehamilan remaja dan praktik berbahaya bagi reproduksi perempuan. “Semoga saja kedepan, semakin banyak juga yang memperjuangkan hak-hak anak itu,” pungkasnya. (cr17/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *