Camat Kebonpedes Monev 19 Bank Sampah

Pemerintah Kecamatan Kebonpedes, saat meninjau lokasi pengelolaan sampah di wilayah Desa Sasagaran, Kecamatan Kebonpedes, Senin (07/12). FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI 

KEBONPEDES – Pemerintah Kecamatan Kebonpedes terus berupaya maksimal dalam melakukan pengelolaan sampah. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menangani sampah yang kerap menjadi persoalan baik itu bagi lingkungan maupun yang berpotensi menyebabkan bencana alam seperti banjir. Bukan hanya itu, sampah bila tidak ditangani dan dikelola dengan baik, maka dapat menyebabkan persoalan bagi kesehatan warga setempat. Salah satunya, penyakit gagal tumbuh pada anak usia dini alias stunting.

Untuk itu, Pemerintah Kecamatan Kebonpedes pada Senin (07/12) langsung turun gunung dan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) ke lapangan. Seperti meninjau ke 19 bank sampah yang dikelola oleh masyarakat maupun lembaga pendidikan mulai dari tingkat PAUD, SD sampai SMP yang tersebar di wilayah Kecamatan Kebonpedes.

Bacaan Lainnya

Camat Kebonpedes, Ali Iskandar mengatakan, terhitung sejak 2019 lalu terdapat jumlah anak di wilayah Kecamatan Kebonpedes sekitar 2.866 anak. Dari jumlah ribuan anak ini, menurutnya sekitar 104 anak diantaranya telah dikategorikan memiliki penyakit stunting.

“Iya, berarti diatas rata-rata 36 persen anak di wilayah Kecamatan Kebonpedes telah mengalami penyakit stunting,” kata Ali kepada Radar Sukabumi, Senin (07/12).

Untuk itu, dirinya mengaku dengan kondisi stunting seperti ini, pemerintah Kecamatan Kebonpedes mempunyai persoalan dan tugas berat serta PR bersama untuk menyelesaikan kasus stunting atau penyakit gagal tumbuh kembang pada anak. “Penyebab utama banyaknya kasus stunting ini, adalah ada yang secara langsung. Seperti minimnya asupan gizi saat dalam kandungan dan ada juga yang tidak secara langsung,” paparnya.

Menurutnya, penyebab kasus stunting yang secara tidak langsung biasanya berkaitan dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penyebab lainnya yaitu kaitan dengan penanganan sampah. Untuk itu, program layanan inovasi Bayar Pajak Dengan Sampah Berkah (Bajak Deh Ah) itu, merupakan dampak yang dirasakan dan ikhtirar pemerintah untuk memberdayakan masyarakat agar sampah itu, bisa disikapi dengan arif dan bijak.

“Selain itu, kemanfaatan lainnya untuk menunaikan pembayaran pajak. Iya, dengan langkah ini, Alhamdulillah Kecamatan Kebonpedes secara Habluminannas mampu mengungguli layanan inovasi lainnya. Bahkan, pada tingkat Provinsi Jawa Barat pun program Bajak Deh Ah ini masuk nominasi ke delapan besar. Sementara untuk di Kabuapten Sukabumi menduduki juara ke I,” imbuhnya.

Sebab itu, program Bajak Deh Ah ini menjadi pemicu bagi seluruh masyarakat Kecamatan Kebonpedes bahwa apa yang dilakukan saat ini merupakan kerja nyata dan mendapatkan apresiasi dari semua kalangan. “Sehingga harus menjadi pemicu untuk terus ditingkatkan dalam pengelolaan sampahnya,” paparnya.

Ketua Bank Sampah Desa Sasagaran, Asep Rohmat mengatakan, pengelolaan sampah warga di Kampung Bojongringkung, Desa Sasagaran, Kecamatan Kebonpedes, memiliki banyak manfaatnya. Selain dapat menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri serta meningkatkan PHBS, juga warga sebagian besar memanfaatkan sampah itu untuk membayar pajak melalui program Bajak Deh Ah.

“Bank Sampah di sini baru terbentuk pada Maret 2020 lalu. Saya berusaha untuk menutupi kebutuhan warga untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),” katanya.

Dalam sebulan, ujar Asep, warga bisa menghasilkan nilai rupiah dari pengelolaan bank sampah itu mulai dari Rp10 sampai Rp20 ribu. Dalam jangka satu tahun, ia bersama warga lainnya memiliki target untuk membayar pajak melalui program layanan inovasi Bajak Deh Ah. “Alhamdulillah, untuk kesadaran warga disini sekarang sudah mulai meningkat dalam pengelolaan sampah. Sehingga sampah tersebut tidak lagi menjadi masalah baik itu untuk lingkungan maupun bagi kesehatan,” paparnya.

Pihaknya menambahkan, warga Kampung Bojongringkung ini, juga telah memanfaatkan sampah yang berasal dari limbah kantong plastik kopi untuk dibuat dengan berbagai ragam kerajinan tangan. Seperti membuat tikar, tas, dompet dan lainnya. Untuk saat ini, semua hasil kerajinan itu, hanya digunakan oleh warga setempat saja. “Tetapi kedepannya, tidak menutup kemungkinan seluruh hasil kerajinan tangan dari pengelolaan limbah sampah itu, akan menjadi usaha dan bisinis masyarakat kecil, supaya memiliki penghasilan tambahan bagi warga setempat,” timpalnya.

Sementara itu, Kepala SDN Cikaret, Elis Sukartini mengatakan, pengelolaan bank sampah di SDN Cikaret, Kecamatan Kebonpedes ini, mulai dikembangkan sejak pada 2019 lalu. Awal mulanya, pihak sekolah bersama seluruh siswa telah mengumpulkan sampah. Setelah itu, semua jenis sampah dipilah mulai dari sampah organik dan non organik. “Kalau secara pribadi, sampah itu bisa digunakan untuk pembayaran pajak. Namun, kalau untuk sekolah manfaatnya sangat banyak. Seperti hasilnya untuk memberikan reward bagi anak berprestasi dan jika ada anak yang tidak mampu kita santuni juga dari hasil sampah tersebut,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Bank BJB Buat Usaha Kmu Makin Maju

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *