Ada Panti Pijat Modus Prostitusi Dipromosikan Via Online

RADARSUKABUMI.com – Wilayah Cileungsi Kidul, Kabupaten Bogor, memiliki cerita praktek prostitusi dengan modus panti pijat. Berdasarkan keterangan salah satu warga yang tidak ingin disebut identitasnya, mengaku bahwa praktek prostitusi ini rata-rata tidak berizin.

“Dan bukan fungsi sebagai tempat. Pijat, dijadikan tempat prostitusi. Karena sudah umum, buka sampai pagi,” ujarnya kepada Pojokbogor.com (Radarsukabumi.com grup), Kamis (5/6/2019) dini hari.

Bacaan Lainnya

Lokasi persisnya, menurutnya, berada di tanah garapan. “Percuma, kadang juga buka terus,” katanya saat menceritakan soal razia dari aparat keamanan.

Jadi, menurutnya, tidak ada tindakan tegas selama ini dari aparat keamanan setempat. Ia melanjutkan, ada oknum aparat keamanan yang bermain di sana.

“Mereka bayar oknum aparat keamanan. Tiap malam ada mobil patroli yang narik iuran harian, uang keamanan. Satu panti kalau harian Rp 10 ribu. Bulanan Rp 300 ribu-Rp 450 ribu. Di sini kan ada belasan panti, berjejer,” katanya.

Panti bermodus prostitusi ini, akunya, tutup pada pagi pukul 04.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Tempat panti ini, katanya, berpenampilan layaknya panti pijat biasa dengann para pekerja para perempuan dari daerah lain dengan kisaran usia 24 tahun hingga nenek-nenek. Semakin banyak pekerja di panti itu, katanya, germonya akan semakin senang lantaran semakin banyak pilihan bagi tamu.

“Nawarin depan ya mijat, di dalamnya nanti lain. Kadang gak mijat, langsung main,” akunya.

Tambahnya, rata-rata pelanggan bukan cari jasa pijat, malah sudah tahu bahwa di situ lokasi plus-plus (prostitusi, red).

“Karena di daerah Cileungsi terlalu bebas. Mudah buka usaha ginian, kedok panti pijat dengan pemilik tiap panti berbeda-beda. Kesannya pembiaran gitu,” katanya.
Waktu jam operasionalnya pun, kata dia, sudah terlau vulgar, lantaran buka sampai pagi pukul 05.00 WIB.

“Pakaian pekerjanya juga. Kadang (pekerjanya) duduk di luar, kadang ya dilambai-lambai kalau ada cowok yang lewat, kebanyakan (tamunya) pekerja,” ujarnya.
PSK di Panti Pijat Putri HijauPSk di wilayah Cileungsi Kidul./Foto: Istimewa

Kadang, katanya, kalau laki-laki ada yang malu kalau dilambai seperti itu. Akhirnya, katanya ada lelaki yang hanya melewati pekerja panti pijat modus prostitusi itu.

“Mereka juga kadang ekonomi alasannya. Sistem kerjanya ‘kan pijat (bayar) Rp 150 ribu, bos dapat per tamu Rp 100 ribu sebagai tarif kamar, pekerjanya Rp 50,” katanya.

Setahunya, semua itu hanya formalitas belaka. Nyatanya, para pekerja perempuan itu tidak mau jika hanya memijit saja mendapatkan uang Rp 50 ribu.

“Rata-rata nawarin plus-plus, lagian mereka kerja, gak dapat makan, gak dapat gaji, bossnya gak mau tahu, 1 tamu dapat Rp 100 ribu,” katanya.

Tambahnya lagi, mudah untuk bisa kerja di sana, asalkan dia itu perempuan. Dengan semakin banyak pekerja, panti pun semakin ramai, dan bisa banting harga karena harus bersaing dengan panti serupa di sana.

“Harga bisa Rp 250 ribu langsung plus-plus, tapi gak pijat. Kadang bisa (melayani) tamu 15, kadang 8, boss gak mau tahu, gimana caranya bisa rame pantinya,” katanya.

Demi meramaikan panti masing-masing, para pekerja itu, katanya, mempromosikan dirinya di media sosial, seperti di aplikasi MiChat. Ia pun memperlihatkan beberapa foto para pekerja panti pijat modus prostitusi yang ia ketahuu.

“(Di sini) murni prostitusi, gak ada miras karena takut dirazia. Kadang ada bocoran kapan ada raazia, jadi tutup dulu jam 2, razia udah lewat buka lagi,” tandasnya.

(mar/pojokbogor/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *