Kabupaten Bandung Baru Miliki 10 Desa Tangguh Bencana

Desa Tangguh Bencana KABUPATEN-BANDUNG
Sejumlah warga menaiki perahu untuk melewati banjir yang terjadi akibat curah hujan tinggi. (FOTO: FIKRIYA ZULFAH/RADAR BANDUNG)

 SOREANG – Dari 270 desa dan 10 kelurahan di Kabupaten Bandung, baru 10 desa yang sudah terbentuk Desa Tangguh Bencana. Padahal, Kabupaten Bandung memiliki sejumlah titik rawan bencana. Faktor penyebab minimnya Desa Tangguh Bencana adalah karena keterbatasan anggaran.

Adapun 10 desa yang sudah melaksanakan program Desa Tangguh Bencana adalah Desa Tenjolaya Cicalengka, Desa Kutawatingin, Kelurahan Pasawahan, Desa Ciburial Cimenyan, Desa Majalaya, Desa Lamajang Pangalengan, Desa Panenjoan Cicalengka, Desa Nanjungmekar Rancaekek, Desa Citaman Nagreg, dan Desa Nanjung mekar.

Bacaan Lainnya

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bandung, Hendra Hidayat mengatakan, idealnya setiap desa bisa terbentuk Desa Tangguh Bencana. Karena, bencana yang melanda desa dan kelurahan di Kabupaten Bandung itu beraneka ragam. Sehingga dengan adanya keterbatasan, maka pembentukan Desa Tangguh Bencana itu berdasarkan potensi yang ada.

“Memang dengan keterbatasan anggaran, baru bisa terbentuk 10 Desa Tangguh Bencana, dan yang diintervensi oleh anggaran daerah baru sekitar empat desa, selebihnya itu memang melalui program yayasan, kemudian yang bersumber dari anggaran dana desa, jadi memang kita baru sebagian,” ujar Hendra kepada Radar Bandung, Soreang, Selasa (21/122021).

Dalam Desa Tangguh Bencana itu terdapat forum pengurangan resiko bencana. Sehingga, jika terjadi bencana maka bisa lakukan upaya-upaya penanganan yang lebih cepat. Karena jika melihat personil BPBD Kabupaten Bandung yang hanya berjumlah 80 orang, menurut Hendra, tidak akan bisa menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Bandung yang memiliki 31 kecamatan, 270 desa dan 10 kelurahan.

Dengan demikian, perlu dilakukan upaya antisipasi preventif, diantaranya mendorong pembuatan peta rawan bencana pada masing-masing desa, agar bisa mendapatkan solusi untuk mengurangi resiko bencana.

“Dengan jarak tempuh dari kabupaten ke desa-desa ini memakan waktu yang cukup lama, contoh ke Cimenyan atau Negreg itu kan memerlukan waktu setidaknya satu jam. Artinya penanganan itu akan terjadi keterlambatan bilamana tidak dibentuk desa tangguh bencana, yang notabene didalamnya ada forum pengurangan resiko bencana,” tutur Hendra.

“Kalau ketika kita membentuk desa tangguh bencana, tujuannya adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk menanggulangi bencana. Jadi, sebelum kita datang kan mereka sudah bisa menangani, sudah bisa melakukan langkah-langkah termasuk diantaranya adalah konteks pengurangan risiko bencananya,” sambungnya.

Pihaknya memiliki target per tahunnya bisa membentuk lima desa tangguh bencana. Hendra berharap target tersebut bisa terealisasi.

“Menyangkut dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah ini kan tentunya ada cost yang harus dikeluarkan, setidaknya kita harus menyediakan kaosnya, peralatannya termasuk juga, setidak-tidaknya makan minum juga harus disediakan juga ya, otomatis ada pengeluaran yang harus kita keluarkan,” pungkas Hendra.

Reporter: Fikriya Zulfah

Sumber: Radar Bandung

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *