‘Si Cinta’ Jadi Bunda Literasi Jawa Barat

BANDUNG — Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya dikukuhkan menjadi Bunda Literasi Jawa Barat. Pengukuhan tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI Widiyanto, di Graha Pustaloka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat Jalan Kawaluyaan Indah III No 4 Bandung, Kamis (15/11).

Pengukuhan Bunda Literasi ini merupakan rangkaian dari Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca Nasional. Pada acara itu, Atalia juga mengukuhkan 24 Bunda Literasi Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, yakni Kota Depok, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Cirebon, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Ciamis.

Bacaan Lainnya

Dalam kesempatannya, Atalia mengatakan, pihaknya akan konsentrasi pada program pengembangan budaya baca dan pembudayaan perpustakaan, salah satunya melalui pengembangan perpustakaan sebagai sarana belajar yang memiliki fungsi edukatif, informatif, rekreatif, riset dan penelitian. Ia mengungkapkan, saat ini program yang sudah berjalan adalah pojok baca yang sudah diterapkan di masyarakat, baik itu yang ditempatkan di rumah maupun posyandu.

“Pada dasarnya kita ingin mendorong minat baca. Kita akan menyusun program-program baru. Saat ini program yang sudah berjalan adalah pojok baca, yang sudah diterapkan di masyarakat, baik itu yang ditempatkan di rumah maupun Posyandu,” papar Atalia ditemui usai acara.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa yang turut hadir menuturkan, minat membaca masyarakat Indonesia menurut survei most littered nation in the world pada tahun 2016 lalu menunjukkan posisi ke 60 dari 61 negara yang disurvei. Minat baca orang Indonesia hanya 0,01 % pertahun, atau satu berbanding sepuluh ribu orang. Hal ini menunjukkan bahwa indonesia masih harus kerja keras untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan sejahtera.

Bagi Iwa, tantangan terbesar dalam membangun budaya gemar membaca masyarakat (literasi) saat ini adalah meninggalkan tradisi lisan untuk memasuki tradisi baca tulis. Padahal, katanya, era teknologi komunikasi dan informasi telah menciptakan era yang luas terhadap tumbuh kembangnya media baca tulis.

 

(net)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *