Takut Diretas, Batasi Jangkauan Pengiriman Data Nuklir

Ayahanda M. Naufal dan M. Rifqi tersebut menjelaskan, fasilitas reaktor nuklir memang dijaga dan diawasi secara manual oleh manusia. Diawasi terus selama beroperasi. Nah, dalam pengawasan itu, ada faktor manusia yang mungkin merasa jenuh atau bosan.

Sebab, yang dilihat hanya indikator-indikator di layar. Atau, jika masih menggunakan pemantauan manual, banyak panel yang harus dipelototi terus. ’’Saya pernah merasakan. Operator reaktor nuklir selama 24 jam tentu ada masa kelelahan’’ tuturnya. Meski, jam kerja menggunakan model sif atau bergantian.

Bekti mengatakan, gagasan membuat aplikasi pengawasan reaktor nuklir muncul sejak kuliah di Kyushu University, Jepang. Dia menempuh studi doktor di kampus tersebut pada kurun 2004–2007. Kemudian, pada 2010 dia mendapat dana riset dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA/International Atomic Energy Agency).

Selanjutnya, eksperimen pemantauan reaktor nuklir mulai memanfaatkan kecerdasan buatan. Lantas, pada periode 2017 hingga 2018, Bekti menyelesaikan detail aplikasi tersebut. Dia juga memperbaiki tampilan aplikasi. ’’(Tampilan aplikasi, Red) saya desain sendiri. Meski belum bagus,’’ katanya, lantas tersenyum.

Pria yang menjabat kepala bidang teknologi keselamatan nuklir itu menuturkan, aplikasi pemantau reaktor nuklir karyanya juga bisa digunakan untuk kepentingan pendidikan jarak jauh. Sebab, dia sudah memiliki basis data aktivitas reaktor nuklir. Jadi, bisa digunakan sebagai simulasi bagaimana memantau operasional fasilitas nuklir.

Aplikasi Simor juga membantu ketika fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kecil atau riset daya eksperimental (RDE) milik Batan di Serpong nanti sudah jadi. Nantinya, fasilitas PLTN mini tersebut bakal dilengkapi dengan sistem pemantauan reaktor nuklir secara online.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *