Momen Hari-hari Terakhir Jokowi Bersama Kabinet Kerja

Lima tahun menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden dibantu menteri dalam Kabinet Kerja. Masa tugas mereka berakhir seiring dengan akhir pemerintahan periode pertama Presiden Jokowi. Perpisahan berlangsung hangat diisi banyak tawa. Presiden jadi tahu bakat lain para pembantunya.

FOLLY AKBAR-DINDA JUWITA, Jakarta

SUARA ’’Uuk… uuk…’’ yang dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membuat seisi Istana Negara pecah Jumat siang (18/10). Suara kokok ayam jantan yang ditunggu-tunggu dari JK terucap pendek saja. Para pejabat yang hadir tergelak mendengarnya.

Momen tersebut terjadi saat JK diminta melengkapi lirik tembang Jago Kluruk yang dinyanyikan artis keroncong Endah Laras. Melihat suasana yang semakin gayeng karena ucapan Wapres itu, Endah mengulanginya. ”Ayo diulangi. Wis wayah isuk, jagone kluruk…” ujarnya menembang.

JK yang disodori mik meneruskan lagu itu dengan kembali berucap, Uuk… uuk… Lagi-lagi tawa meledak. Presiden Jokowi yang terpingkal-pingkal di samping JK tak bisa lepas dari todongan sang penyanyi. Dengan cara yang sama, Endah meminta presiden mengikuti apa yang dilakukan J1K. ”Kukuruyuuuk…” Suara melengking keluar dari mulut presiden.

Momen yang jauh dari kesan formal itu terjadi dalam acara perpisahan Presiden Jokowi dengan Wapres JK dan jajaran menteri dalam Kabinet Kerja. Jika biasanya Jokowi mengumpulkan para menteri untuk rapat serius, yang terjadi saat itu sebaliknya. Sepanjang acara yang berlangsung mulai pukul 13.30 tersebut, suasananya santai.

Jokowi memulai acara dengan berfoto bersama di halaman depan Istana Merdeka. Seluruh menteri hadir, kecuali Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Kemananan Wiranto yang masih menjalani masa pemulihan serta Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang datang terlambat. Tak tertinggal mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani serta mantan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

Setelah berfoto, diadakan makan siang bersama secara tertutup. Acara ramah-tamah terbuka berlangsung pukul 14.20. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian unjuk gigi, memperlihatkan kemampuan bernyanyi.

Bukan hanya itu. Elek Yo Band, grup musik sejumlah menteri Kabinet Kerja, juga menyuguhkan tembang-tembang andalan, termasuk hit My Way. Para pejabat menikmati live music itu sambil menyantap jajanan pasar dan jus kacang hijau khas istana.

”Mohon maaf, mungkin dalam lima tahun ini kita baru bertemu agak santai mungkin hanya hari ini. Bertemu dan ada yang nyanyi. Biasanya, kalau ketemu, isinya kalau nggak ratas, paripurna,” kata Jokowi dalam sambutan.

Rupanya, kata dia, melalui acara santai seperti itu, dirinya jadi mengetahui bakat lain menterinya. Misalnya, Mendikbud Muhadjir Effendy yang ternyata jago menyanyi. ”Saya pikir Prof Muhadjir tadi naik pentas mau ngaji. Ternyata langsung nyanyi. Saya baru dengar beliau sangat menghayati lagunya,” imbuh Jokowi disambut tawa.

Jokowi bercerita, lima tahun perjalanannya memimpin negara terasa begitu cepat. Mantan wali kota Solo itu juga meminta maaf soal kebiasaannya menghubungi menteri tanpa mengenal waktu. ”Karena sangat mendesak, informasi yang dibutuhkan tengah malam, pagi, subuh. Karena kita diberi tanggung jawab kelola 260 juta jiwa di negara kita,” terangnya.

Jika itu merupakan kenangan bersama menteri, lalu apa kesan Jokowi terhadap Wapres JK? Jokowi menyebutkan, setiap hari bersama JK, seluruhnya spesial. Bagi dia, JK merupakan rekan di berbagai bidang. Pusing bersama, membahas masalah bersama, menyelesaikan persoalan bersama, dan mengambil keputusan bersama.

Dengan pengalaman JK sebagai pengusaha, politikus, hingga pejabat negara, Jokowi mengaku banyak terbantu. Saking banyaknya kenangan yang dijalani bersama, Jokowi enggan disebut berpisah dari tokoh senior asal Sulawesi Selatan tersebut. ”Bukan perpisahan karena setiap hari kami mungkin masih sering bertemu,” ujar presiden dua cucu itu.

Sama halnya dengan Jokowi, JK menyebut kebersamaannya selama lima tahun membantu presiden sebagai hal spesial. Tidak ada momen khusus yang lebih menonjol daripada momen lain. ”Semuanya menarik,” ungkap JK dengan logat khas Bugis-nya.

JK berpesan agar para menteri yang dipercaya kembali membantu presiden untuk terus mempertahankan sekaligus memperbaiki kinerja. ”Bagi teman-temen yang ikut sama saya, artinya istirahat, kita lanjutkan mendukung. Beri pandangan dan harapan kepada presiden dengan tim yang akan datang,” tegasnya.

Sejumlah menteri menyampaikan kesan saat bekerja di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, misalnya. Dia mengaku selalu gelisah saat mengetahui ada telepon dari presiden. ”Kalau beliau telepon saya, itu pasti cukup gelagapan tuh. Apa nih yang akan ditanyakan?” ungkap Tjahjo.

Hal yang paling tidak mengenakkan buat Tjahjo adalah saat melaporkan operasi tangkap tangan (OTT) yang dialami kepala daerah. Sebagai pejabat pembina daerah, dia selalu merasa bersalah ketika hal itu terjadi. ”Saya paling sedih kalau harus menyampaikan itu,” ucapnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, bekerja di bawah kepemimpinan Jokowi-JK harus ekstrastamina. Keduanya adalah tipe pemimpin lapangan. Ani –sapaan Sri Mulyani– pun harus sering ikut turun ke lapangan. ”Jadi, dari kami para menteri tidak bisa hanya bekerja di belakang meja,” katanya. Untuk itu, salah satu kuncinya, seluruh menteri harus menjaga kesehatan dengan lebih ketat.

Di tempat terpisah, momen perpisahan dengan skala lebih kecil dilakukan menteri di bawah Kemenko Perekonomian. Menko Perekonomian Darmin Nasution mengemasnya dalam acara minum teh di kantornya setelah acara di Istana Negara.

Dalam acara itu, hadir sejumlah menteri. Di antaranya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.

Pada momen yang berlangsung akrab itu, banyak cerita baru yang terungkap. Salah satunya adalah suka-duka Darmin mengoordinasi menteri-menteri dalam rapat koordinasi. ”Saya nggak usah bilang nama orang dulu. Komoditi itu yang paling ruwet. Persoalan kita, satu beras. Kedua adalah gula. Ketiga tadinya di dua tahun pertama (menjabat) itu paling pusing ini yaitu daging,” ungkapnya.

Namun, kemudian Darmin menyebutkan, bukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang selalu tidak hadir dalam rakor, melainkan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang selalu absen dalam rakor. ”Menteri PUPR sebenarnya yang paling susah hadir, bukan menteri pertanian. Bukan karena dia (Basuki) nggak mau hadir, tapi karena dia ke lapangan melulu menemani Pak Jokowi.”

Sri Mulyani menyebut sosok Darmin sebagai sosok yang lengkap. ”Humble, baik hati, tidak pernah ada niat jahat. Makanya nggak heran, banyak wartawan rindu Pak Darmin,” ucapnya.(*/c5/ayi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *