Moch. Husni Bobby Satriyo Bangkitkan Kembali Batik Tulis Majan

ANANIAS AYUNDA PRIMASTUTI/RADAR TULUNGAGUNG LESTARIKAN BUDAYA: Moch. Husni Bobby Satriyo menunjukkan karya batik di galeri miliknya.

RADARSUKABUMI.com – Sadar batik merupakan peninggalan leluhur yang harus terus dilestarikan, Moch. Husni Bobby Satriyo tergugah untuk membangkitkannya. Khususnya batik Majan, salah satu batik tulis asli Kota Marmer. Bahkan, batik tersebut mulai merambah pasar internasional.

ANANIAS AYUNDA PRIMASTUTI, Tulungagung

TAK sulit menemukan kediaman Moch. Husni Bobby Satriyo yang berada di Dusun Cikalan, Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru. Di kediamannya yang khas rumah tempo dulu tersebut, Bobby melakukan pewarnaan pada kain-kain mori yang diberi motif.

Dibantu sang ayah, lembaran kain pun dicelupkan pada pewarna berkali-kali agar mendapat intensitas warna sesuai yang diinginkan. ”Saya dan bapak yang melakukan pewarnaan. Kalau ibu yang mencanting bersama pecanting lain,” jelasnya seraya membentangkan kain batik yang telah diwarna untuk dijemur.

Bobby menceritakan, seni membatik telah digeluti keluarganya secara turun-temurun. Dunia konfeksi dan seni membatik bukan hal baru bagi dia. Bahkan, Bobby merupakan generasi keempat dari keluarganya yang memutuskan tetap melestarikan seni membatik tersebut. Semasa muda, Bobby kerap membantu orang tua dalam pembuatan kain-kain batik.

”Dulu zaman saya SMP sering bantu bapak. Saya selalu ikut proses pewarnaan. Sedangkan ibu bagian proses mencanting.Pasalnya, perempuan lebih telaten dan sabar,” ujarnya. Namun, usaha membatik keluarganya sempat terhenti lantaran terjadi krisis ekonomi pada 1997–1998. Para pecanting di Desa Majan pun memutuskan beralih pekerjaan demi terus memenuhi kebutuhan hidup.

Pada 2012, pria berpostur tinggi tersebut berinisiatif kembali membangkitkan seni membatik di daerahnya. Pasalnya, sejak zaman kerajaan, masyarakat Majan terkenal dengan mata pencaharian di bidang konfeksi. Itu dibuktikan dengan banyaknya warga setempat yang berprofesi sebagai pecanting pada zaman dulu.

”Kemampuan membatik itu turun-temurun dan rata-rata warga sini mampu. Sebab, semasa muda mereka memang para perajin batik,” terangnya. Pria kelahiran 29 Desember 1978 itu lantas mengumpulkan para pecanting di sekitar rumahnya untuk kembali mengeksiskan seni membatik. Demi kembali menghidupkan kesenian membatik, Bobby rajin ikut berbagai pameran.

Baik lokal Tulungagung maupun tingkat provinsi. Bukan hanya itu, dia juga aktif di berbagai komunitas pencinta batik dan kerap mengikuti perlombaan desain. Bahkan, dia berhasil meraih 10 besar lomba desain batik 2015 tingkat provinsi yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur.

Pada 2018, Bobby kembali meraih prestasi. Kali ini desain batiknya berhasil masuk nominasi desain terbaik nasional Lomba Selendang Adi Wastra Nusantara 2018 di Jakarta. Pria yang hobi bermain sepak bola itu menjelaskan, batik Majan memiliki ciri khas pada warna dan corak atau motif yang kuat.

 

(ed/din/c17/end)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *