Menelusuri Jalan Hidup Setya Novanto (1)

Dia pun harus berjualan di pasar sambil kuliah diploma. Hingga kemudian karena kalah persaingan dengan pedagang sekitar, Setnov menjadi anggota staf penjualan PT Sinar Mas Galaxy, diler mobil Suzuki. Karena kepiawaiannya dalam memasarkan produk membuat pemilik diler mempercayainya sebagai Kepala Penjualan Mobil di seluruh wilayah Indonesia Timur. Dengan gajinya, Setnov bisa membiayai kuliah sampai menyandang gelar sarjana muda.

Lulus kuliah, dia pindah ke PT Aninda Cipta Perdana, penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur (ntt) milik Hayono Isman, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) era Presiden Soeharto, yang tak lain rekan sekelas Novanto di SMA Negeri 9 Jakarta—sekarang SMA 70. Dia menjadi penyalur pupuk.

Bacaan Lainnya

Pada 1982, Novanto balik ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti, program studi Akuntansi. Meski demikian, dia tetap bekerja di perusahaan pupuk milik Hayono. Menurut Leo Nababan, politisi senior Partai Golkar, selama kuliah di Trisakti, Novanto sempat tinggal di rumah orang tua Hayono Isman di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. “Iya benar, Mas Nov (Setya Novanto, Red) itu tinggal di rumah bapaknya Hayono. Bantu-bantu beres rumah. Dia nggak punya uang untuk tinggal sendiri. Dia saat ke Jakarta masih orang susah,” ujar Leo saat dihubungi, Senin (20/11) malam.

Untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah, Setnov pun berbisnis foto kopi di kampus Trisakti, Grogol, Jakarta Barat. Setelah lulus, dia lalu menikah dengan Luciana Lily Herliyanti, putri Brigadir Jenderal (Brigjen) Pol Sudharsono, mantan Wakil Kepala Kepolisian (Wakapolda) Jawa Barat. Menjadi menantu pejabat kepolisian membuat Novanto punya akses ke dunia bisnis. Ia dipercaya mengelola pompa bensin milik mertuanya di Cikokol, Tangerang.

Dari pompa bensin, usahanya merembet ke peternakan, kontraktor, jual-beli bahan baku kertas, tekstil, hotel hingga lapangan golf. Perusahaannya tersebar di Jakarta, Batam, dan Kupang. Meski usahanya berhasil, perkawinannya kandas. Setnov bercerai dengan Lily. Kemudian dia menikah dengan Deisti Astriani Tagor. Dari pernikahan itu, Novanto memiliki empat anak.

Hingga kemudian bisnisnya makin meroket setelah membangun sejumlah properti. “Intinya, Mas Nov itu setahu saya pintar dalam bisnis dan jago dalam melobi, termasuk melobi para penguasa di negeri ini di era Pak Harto (Soeharto, Red),” jelas Leo yang juga mengaku mengenal dekat keluarga istri pertama Novanto itu.

Sebelumnya dalam sebuah wawancara, Setnov juga turut menjelaskan bahwa dirinya tak pernah malu untuk mencari celah agar bisa dekat dengan para penguasa. Dia juga tak risih, misalnya, membawakan tas petinggi militer seperti Jenderal Wismoyo Arismunandar. Ini cara Novanto masuk komunitas elite pengurus organisasi olahraga, yang kala itu dikuasai pejabat tinggi dan pengusaha. “Awalnya Pak Wismoyo memandang sebelah mata kepada saya,” ucap Novanto dalam satu wawancara beberapa tahun lalu.

Pada 29 tahun silam, Novanto merampungkan proyek Nagoya Plaza Hotel di Batam. Ia menangkap potensi pulau itu sebagai daerah wisata. Sayangnya, tanah paling strategis di wilayah itu, yakni kawasan Pantai Nongsa telah dikuasai pengusaha Sudwikatmono, Ciputra, dan Liem Sioe Liong. Novanto memutuskan harus merapat ke Sudwikatmono, sepupu Presiden Soeharto.

Kegigihannya dalam mendekati Sudwikatmono tersebut membuahkan Talvas Resort Island Batam, padang golf bertaraf internasional. Proyek pertama Novanto dengan Sudwi seluas 400 hektare (ha) itu menelan investasi USD 100 juta. Sejak itu, proyek bersama keduanya bermunculan. Dari resort, hotel sampai proyek telekomunikasi kawasan industri satelit. Tak puas di bisnis, Novanto pun mulai masuk ke dunia politik melalui Golkar yang saat itu menjadi partai penguasa.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *