Dua tahun sudah penambang emas tanpa izin (Peti) di Kampung Ciguha diberantas Pemkab Bogor bersama PT Antam (Persero) Tbk dan kepolisian. Sehingga membuat tempat pengolahan emas dibakar dan lubang gurandil ditutup.
Laporan: Muhammad Arifal Fajar
Namun, ada satu yang kini masih tersisa. Yakni ’kampung PSK’ yang dihuni sekitar 30 wanita malam. Dulu tak banyak yang bisa mencicipi layanan jasa esek-esek ini, karena hanya bos peti dan para gurandil saja. Hal itu lantaran lokalisasi kampung PSK berada di area pertambangan emas PT Antam. Bahkan, tak sembarang orang bisa masuk ke sana.
Sebut saja Bunga (29). Ia menjadikan Kampung Ciguha sebagai tempat tinggal sejak aktivitas peti ditutup pemerintah. Untuk menyambung hidup, ia harus mencari pelanggan hingga ke beberapa wilayah. Seperti Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Leuwisadeng, dan Leuwiliang.
“Saya sudah sembilan tahun di sini. Dulu lagi zaman peti berjaya, sekali dipanggil bisa dapat saweran sampai Rp3 juta,” akunya kepada Radar Bogor.
Dahulu, kenangnya, para wanita panggilan sering menemani bos peti dan gurandil. Mereka disewa selama berhari-hari lamanya. Lantaran jarak antara tempat tinggal dengan Kampung Ciguha cukup jauh, banyak dari mereka kemudian memilih menetap.
Sementara itu, Kepala Keamanan Antam, Hafid Andre mengatakan bahwa letak kampung PSK berada Kampung Ciguha. Lokalisasi tersebut selalu menjadi tempat para gurandil bersenang-senang sebelum memasuki lubang. “Tapi, sekarang sudah tidak ada, karena peti sudah diberantas,” ucapnya.
Lebih lanjut, pria yang hobi kuliner ini mengatakan, di Ciguha masih ada perkampungan dan penduduk yang tinggal di sana. ”Kalau kampung PSK sepertinya tidak ada lagi sekarang,” tukasnya.(*/b)