Ini Penjelasan Gubernur BI, Rupiah Merosot Hingga Rp 13.930

Nilai tukar rupiah terus merosot dalam beberap pekan terakhir. Bahkan, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah diperdagangkan di level Rp 13.930 per USD. Padahal, awal Januari 2018, nilai tukar rupiah masih berada di level Rp 13.542 per USD

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo meminta masyarakat tidak panik di tengah pelemahan rupiah yang terjadi sejak awal pekan. Agus menuturkan pada periode Januari 2018 rupiah berada di kisaran Rp 13.500 per USD, bahkan sempat mencapai level Rp 13.400 per USD. Namun, adanya dinamika US Treasury Yield menyebabkan seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah mengalami depresiasi.

Bacaan Lainnya

“Itu mengagetkan karena semua kena dampaknya, tapi kemarin US treasury-nya break tiga persen. Ini kan sesuatu kondisi yang juga cukup drastis. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan untuk tidak panik,” kata Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (26/4).

Ilustrasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD sejak 2 Januari 2018-26 April 2018 (Rofiah Darajat/JawaPos.com)

Secara angka-angka, hal itu memang akan mempengaruhi nikai tukar. Akan tetapi dia meminta psikologis pasar tidak boleh terpengaruh oleh angka itu. Dia mengatakan pelaku pasar tidak terlalu tergantung pada posisi risiko nilai tukar. Ditambah lagi, volatilitas rupiah juga masih dibawah enam persen. “Jadi, menunjukkan bahwa stabilitas itu terukur,” jelasnya.

Agus mengatakan kalau dilihat secara year to date, pelemahan rupiah masih dibawah kisaran 1,5 persen. Jika dilihat, rupiah pada Januari terapresiasi kuat langaran banyak kemajuan agensi pemeringkat dan Indonesia masuk global indeks dari Barcleys.

Namun pada Februari, Maret dan April kondisi perekonomian global terus mengalami dinamika. Mulai dari tensi perdagangan hingga keputusan Amerika Serikat yang memotong pajak secara drastis.

“Pemerintah Amerika Serikat memotong pajak secara drastis padahal pengeluaran tidak dikurangi sehingga pasar berspekulasi bahwa yield akan meningkat. Termasuk tensi di Timur Tengah dan Korea,” tandasnya.

(uji/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *