Cabai Katrol Inflasi Juli

MAHAL: Ketergantungan masyarakat pada komoditas cabai seperti cabai merah maupun cabai rawit segar, menjadi salah satu penyebab komoditas itu selalu memberikan andil terhadap inflasi.

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com– Selama Juli 2019, sejumlah harga komoditas bumbu dapur di pasar tradisional Sukabumi melonjak signifikan. Belum lagi di awal bulan sejumlah orang tua juga disibukkan dengan biaya pendidikan anaknya, lantaran memasuki tahun ajaran baru 2019/2020. Banyaknya pengeluaran serta mahalnya harga komoditas bumbu dapur, membawa dampak inflasi di Kota Sukabumi.

Berdasarkan laporan yang diterima Radar Sukabumi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi mencatat, sepanjang Juli 2019 Kota Sukabumi mengalami inflasi sebesar 0.28 persen atau berada di posisi 136,72 mengalami kenaikan dari IHK Juni 2019 yang berada pada posisi 136,34. Sementara laju inflasi tahun kalender (year to date) sampai dengan Juli 2019 mengalami inflasi 1.90 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) pada Juli 2019 terhadap Juli 2018 sebesar 2,57 persen.

Bacaan Lainnya

Kasi Distribusi BPS Kota Sukabumi Sri Rachmawati mengatakan, penyebab inflasi Juli 2019 di Kota Sukabumi disebabkan oleh dua faktor yaitu pada faktor pengeluaran ada pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,90 persen, dan untuk komoditasnya inflasi tertinggi disumbangkan oleh cabai rawit sebesar 0,0734 persen.

“Untuk bulan kemarin itu memang ada dua faktor yang jadi penyebab inflasi, yaitu di pendidikan karena memang di Juni-Juli itu tahun ajaran baru di mana kebutuhan biaya sekolah dan peralatan sekolah sangat tinggi. Kemudian disusul dengan harga cabai rawit yang melonjak, naik sampai Rp 100 ribu per kilo,” terangnya.
Meskipun penyebab inflasi ada pada kelompok pendidikan, namun kata Sri, yang paling mempengaruhi inflasi justru ada pada komoditas cabai rawit merah.
“Untuk pendidikan memang tinggi tetapi itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh, mungkin karena hanya sebagian orang yang terkena dampak berbeda dengan cabai rawit yang jika harganya naik itu pasti dampaknya ke semua orang,” ujarnya menambahkan.
Jika dijabarkan berdasarkan tujuh kelompok pengeluaran, terlihat bahwa enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan satu kelompok lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,90 persen, diikuti kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen, kelompok sandang sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,08 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,05 persen. Sementara itu kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,43 persen.

Sementara daftar sepuluh komoditas yang memiliki andil inflasi/deflasi tertinggi di Juli 2019, andil inflasi disumbangkan oleh cabai rawit sebesar 0,0734 persen, cabai merah sebesar 0,0647 persen, tomat sayur sebesar 0,0637 persen, ketimun sebesar 0,0501 persen, jeruk sebesar 0,0445 persen, kentang sebesar 0,0349 persen, tomat buah sebesar 0,0262 persen, taman kanak-kanak sebesar 0,0202 persen, emas perhiasan sebesar 0,0194 persen, dan buncis sebesar 0,0142 persen.

Dari tujuh kota pantauan IHK di Jabar Juli 2019, semua kota mengalami inflasi. Kota Bekasi mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 0,63 persen. Kota Bandung mengalami inflasi sebesar 0,55 persen, Kota Sukabumi sebesar 0,28 persen, Kota Cirebon sebesar 0,24 persen, Kota Tasikmalaya sebesar 0,19 persen, Kota Bogor sebesar 0,14 persen dan Kota Depok sebesar 0,05 persen.

(wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *