BI Sediakan Rp217 Triliun untuk Lebaran 2019

Seorang warga menunjukkan lembaran mata uang Rupiah yang ditukarnya.

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Jelang Hari Raya Idul Fitri, jasa penukaran uang menjadi primadona bagi masyarakat Jakarta yang hendak pulang kampung. Bagi mereka membawa uang baru untuk dibagikan ke sanak saudara sudah menjadi tradisi yang tidak boleh dilewatkan.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Saefullah meninjau langsung lokasi penukaran uang di IRTI Monas, Jakarta Pusat, Jumat (17/5). Dalam kesempatan ini dia berpesan kepada masyarakat yang hendak pulang kampung supaya melakukan penukaran uang di tempat-tempat resmi.

Bacaan Lainnya

Sebab hal ini penting untuk menghindarkan masyarakat dari segala jenis kejahatan. Selain itu, supaya uang yang ditukarkan juga terjamin keasliannya. “Pertama untuk menghindari uang palsu, kedua adalah keamanan. Jangan sampai hasil menabung 11 bulan nanti ada insiden di jalan,” ujar Saefullah.

Pemprov juga menghimbau masyarakat agar mengontrol uang yang dibawa. Jangan sampai semuanya dibawa untuk pulang kampung. Sebab setelah masa libur usai mereka akan kembali lagi ke Jakarta. “Saya pesan yang terakhir, (uang) jangan disimpan karena uang itu harus diputar, dibelanjakan supaya ada pertumbuhan ekonomi,” imbuh Saefullah.

Ia pun berharap program penukaran uang seperti ini bisa berjalan tiap tahun. Mengingat antusiasme warga begitu tinggi. “Idul Fitri yang konsepnya kembali ke fitrah uangnya pun rupanya harus ada tuntutan uang baru. Uang baru, hati baru, perilaku baru, kemudian Indonesia akan terus maju,” tambahnya.

Di sisi lain, Pemprov DKI juga mengingatkn bagi masyarakat yang pulang kampung supaya melengkapi dokumen kependudukannya. Sehingga bagi mereka yang kembali ke ibukota memiliki identitas jelas.

“Nanti kalau kembali ke Jakarta saya minta seluruh dokumen kependudukannya dipenuhi, kita tidak bisa bilang tidak boleh datang Jakarta karena Jakarta adalah kota terbuka,” tandasnya.

Untuk diketahui, posko penukaran uang di IRTI Monas merupakan resmi milik Bank Indonesia yang bekerjasama dengan 17 bank pemerintah dan swasta. Posko ini melayani penukaran uang sejak 13-29 Mei 2019. Dengan waktu operasional Senin-Jumat pukul 09.00-14.00 WIB. Sedangkan untuk penukaran seperti di rest area, museum BI dan sejumlah tempat lainnya bisa melayani hingga 1 Juni 2019.

Limit maksimal penukaran uang di sini yaitu Rp3,9 juta untuk 1 orang penukar. Dengan nominal tersebut, masyarakat akan mendapat uang pecahan Rp 20 ribu, pecahan Rp10 ribu, pecahan Rp5 ribu, dengan masing-masing pecahan sebanyak 100 lembar. Dan pecahan Rp 2 ribu sebanyak 200 lembar.

Adapun tata cara melakukan penukaran di sini yaitu setiap penukar wajib membawa KTP. Kemudian menyiapkan uang yang akan ditukar, apabila ada yang belum membawa uang, panitia menyediakan mesin ATM di lokasi untuk penarikan. Setelah itu, penukar mengambil nomor antrian dan menunggu panggilan di tenda yang sudah disediakan.

KTP sendiri hanya boleh melakukan satu kali penukaran. Apabila akan melakukan penukaran lagi dengan identitas sama harus menunggu tiga hari kemudian. Dalam satu hari di tempat ini mampu melayani hingga 1.700 penukar.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengatakan pihaknya untuk tahun ini menyediakan 2.941 titik penukaran uang yang disebar di seluruh Indonesia. Angka tersebut naik, dari tahun lalu sebanyak 1.176 titik.

“Kenapa BI semangat membuat titik-titik penukaran, karena kita ingin sekali hapuskan kegiatan orang tak bertanggung jawab untuk uang palsu,” kata Rosmaya di IRTI Monas, Jumat (17/5).

Dia menuturkan, penukaran uang jelang Idul Fitri dalam kurun 5 tahun terakhir mengalami kenaikan cukup tinggi yakni 13,3 persen. Khusus tahun ini kenaikan menyentuh angka 13,5 persen. Situasi ini tak lepas dari masa liburan yang cukup panjang sampai 10 Juni 2019.

Adapula faktor kebaikan kenaikan gaji dan tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara (ASN). Selain itu, pekerja lainnya akan juga mendapat THR, dengan nominal yang sudah ditentukan. Sehingga konsekuensinya transaksi keuangan meningkat.

“Masyarakat ini masih bergerak aktif merayakan idulfitri, konsumsi masyarakat juga tumbuh,” lanjut Rosmaya.
BI menyediakan uang sebanyak Rp217,1 triliun untuk ditukar oleh masyarakat. Nominal itu terbagi dalam pecahan besar di atas Rp50 ribu sebanyak Rp197,2 triliun. Dan pecahan kecil di bawah Rp20 ribu sebanyak 19,9 triliun.

Jumlah tersebut terbagi di seluruh wikalah Indonesia. Untuk di pulau Jawa non Jabotedak sebanyak Rp 84 triliun, Jabodetabek Rp 51,5 triliun, Sumatera Rp 41,2 triliun, sedangkan bagian timur Indonesia Rp 40,4 triliun.

(bik/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *