Bapokting di Sukabumi Mulai Jual Mahal, Konsumen jadi Kesal

telur ayam
Komoditi telur ayam negeri

SUKABUMI – Kenaikan harga masih menjadi fenomena langganan di penghujung akhir tahun. Seperti di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Sukabumi, sejumlah komoditi yang masuk kategori bahan pokok penting (bapokting) mulai jual mahal. Mayoritas, fluktuasi harga di akhir tahun 2020 berlaku pada komoditas jenis sayur-sayuran.

Hasil monitoring terbaru Dinas Koperasi, Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah (DKPUKM) Kabupaten Sukabumi, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga. Mulai dari gula pasir menjadi Rp 12.938 atau naik 1,47%, gula merah menjadi Rp15.688 atau naik 1,62%, daging ayam menjadi Rp 34.250 atau naik 2,24%.

Bacaan Lainnya

Lalu, telur ayam ras Rp27.250 atau naik 5,31%, cabai merah keriting menjadi Rp46.813 atau naik 20,03%, cabai besar menjadi Rp58.750 atau naik 29,48%, cabai rawit hijau menjadiRp 25.625 atau naik 29,75%. Selanjutnya ada cabai rawit merah menjadi Rp 39.063 atau naik 11,21%, bawang merah menjadi Rp31.131 atau naik 3,93% dan harga kentang menjadi Rp 14.063 atau naik 7,66% dari pekan sebelumnya.

Kepala Seksi Distribusi, Tertib Niaga dan Perdagangan DKPUKM Kabupaten Sukabumi, Iwan Wirawan mengungkapkan, monitoring terakhir di delapan pasar tradisional di Kabupaten Sukabumi menjelang akhir tahun, sejumlah komoditas mengalami kenaikan.

“Hasil pemantauan harga terakhir beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, paling tinggi itu adalah komoditas jenis cabe,” jelasnya kepada Radar Sukabumi.

Kenaikan beberapa komoditas jenis sayuran diduga dampak dari cuaca yang akhir-akhir ini kurang mendukung bagi tanaman sayuran. Namun begitu, secara umum penyebabnya adalah permintaan yang meningat namun tidak diimbangi dengan ketersediaan barang yang ada.

“Kenaikan sejumlah komoditas ini tentunya pasti dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya kalau sayur-sayuran itu bisa karena cuaca. Tapi yang pasti itu adlah hukum pasar, dimana permintaan tidak seimbang dengan ketersediaan barang sehingga harga terkoreksi naik ataupun sebaliknya,” terangnya.

Namun demikian, DKPUKM melalui UPTD yang ada di setiap pasar akan terus melakukan pemantauan setiap pekannya untuk memastikan harga, ketersediaan hingga pendistribusian bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat stabil hingga akhir tahun ini.

“Setiap pekan UPTD setiap pasar terus melakukan pemantauan, tentunya jika ada gejolak yang berlebihan pastinya beberapa tindakan akan dilakukan,” pungkasnya.

Sementara itu, Ayu (32) warga Cibadak mengaku risau dengan kenaikan harga bapokting ini. Sebab di tengah pandemi yang mengakibatkan efisiensi gaji karyawan dapat dipastikan memberatkan masyarakat selaku konsumen.

“Sudah pasti berat lah kalau harga-harga pada naik, pada mahal gini. Apalagi gaji kita kan mengalami efisiensi dari perusahaan. Tapi ya mau gimana lagi kalau sudah begini harga-harga pada mahal,” ujar Ayu yang merupakan karyawan di salah satu perusahaan. (upi/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *