Indonesia Terbanyak Soal Downlod Aplikasi ‘Jahat’ di Google Play Store, Ini Buktinya

RADARSUKABUMI.com – Google menghapus lebih dari 240 aplikasi Android dari Play Store karena menampilkan iklan di luar konteks dan melanggar kebijakan baru Google yang dianggap

mengganggu. Iklan di luar konteks tersebut merupakan iklan di ponsel yang biasa ditampilkan di luar aplikasi. Iklan itu bisa muncul dalam bentuk pop-up atau iklan yang memenuhi layar. Google sejatinya telah melarang iklan di luar konteks sejak Februari tahun ini.

Bacaan Lainnya

Saat ini Google sudah mencekal lebih dari 600 aplikasi yang menyalahgunakan metode ini untuk mengirim spam kepada pengguna dengan iklan yang menggangu.

Dikutip dari Zdnet, Sabtu (10/10), meski telah diberantas, tetapi masih ada aplikasi lain yang menampilkan iklan mengganggu dan sering ditemukan. Seperti temuan peneliti keamanan siber di firma White Ops.

Dalam postingan White Ops, perusahaan telah menemukan lebih dari 240 aplikasi yang memasang iklan di luar konteks tetapi dibuat agar iklan tersebut terlihat muncul dari aplikasi. White Ops menamai klaster itu RainbowMiz dan kegiatan mereka mulai dideteksi sejak awal April tahun ini.

Sebagian besar aplikasi yang dideteksi merupakan emulator Nintendo yang diambil dari sumber game berkualitas rendah. Ratusan aplikasi ini memiliki komponen jahat bernama ‘com.timuz.a’ yang bertanggung jawab untuk menampilkan iklan mengganggu.

White Ops mengatakan, ratusan aplikasi itu berhasil diunduh lebih 14 juta kali hanya di tahun ini. Baca Juga: Disorot Kerap Selfie Saat Rapat Anggota Dewan, Tina Toon Merespons Begini Operasi ini mencapai puncaknya di bulan Agustus 2020 lalu setelah berhasil menampilkan 15 juta impresi iklan per hari kolektif.

Berdasarkan data White Ops, sebagian besar pengguna aplikasi itu berasal dari Amerika Serikat dan Asia. Indonesia termasuk negara teratas yang paling banyak mengunduh aplikasi tersebut. (ddy/jpnn)

Berikut daftar enam negara teratas yang banyak mengunduh aplikasi ‘jahat’ tersebut:

– Brasil (20,8%)
– Indonesia (19,7%)
– Vietnam (11,0%)
– Amerika Serikat (7,7%)
– Meksiko (6,2%)
– Filipina (5,9%)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *