Waluran Sukabumi Siap Go Internasional, Unggulkan Desa Wisata Kampung Palapah

Waluran
Waluran Gingin Ginanjar Permana saat menerima piala Lomba Konten Wisata Palapah dari Bupati Sukabumi Marwan Hamami

WALURAN – Kaya alamnya, kaya juga budayanya. Itulah narasi untuk menggambarkan Kecamatan Waluran. Sebuah kecamatan yang berada di selatan Kabupaten Sukabumi. Sangat potensial. Salah satunya adalah Sentra Budaya Kampung Palapah.

“Ya, ini merupakan salah satu aset yang sangat berharga. Saya kira bukan hanya kebanggaan masyarakat Waluran, tapi juga masyarakat Sukabumi bahkan Jawa Barat,” kata Camat Waluran Gingin Ginanjar Permana kepada Radar Sukabumi, Rabu (13/4).

Bacaan Lainnya

Gingin mengungkapkan, kehadiran Sentra Budaya Kampung Palapah yang kini menjadi salah satu lokus desa wisata di Kabupaten Sukabumi memberikan dampak positif yang signifikan. Khususnya pada sektor perekonomian masyarkat setempat.

“Apalagi baru-baru ini Kampung Palapah dikunjungi mahasiswa Vanguard Desa Wisata ya, mereka mencoba merancang konsep paket wisata di Waluran. Ini luar biasa sekali,” ujar Gingin.

Peran dan dukungan Pemerintah Kecamatan Waluran, kata Gingin lagi, tentu sangat optimal. Selain soal anggaran, dukungan yang diberikan juga berupa ide dan gagasan.

“Saya sebagai Camat Waluran dengan segala kemampuan saya, akan terus mendukung potensi yang ada di Waluran. Salah satunya yaitu Sentra Budaya Kampung Palapah yang sekarang katanya siap go internasional. Mohon doanya,” tutur Gingin.

Lalu, apa saja yang ada di Sentra Budaya Kampung Palapah? Tentu atraksi budaya. Yang pertama Liliuran dan Ngahiras. Ini adalah tarian yang diperagakan oleh muda mudi Kampung Palapah. Uniknya, para penari mengunakan busana yang sangat otentik.

Liliuran sendiri berarti laki-laki. Sedangkan Ngahiras artinya perempuan. Penari Liliuran tidak memakai baju yang mengartikan bahwa pada dasarnya semua manusia sama. Tidak ada pangkat derajat. Semua kembali ke alam.

Sedangkan pada Ngahiras, wanita mengenakan baju berbahan dari alam dibentuk seperti rompi. Makananya nyaris sama dengan Liliuran, yakni tentang kesederhanaan.

Tarian ini menjadi salah atraksi budaya sebagai penyambut wisatawan yang datang. Adapun makna dari tarian liliuran dan ngahiras adalah menunjukkan rasa gotong royong.

Tarian yang diciptakan oleh budayawan Waluran, Cahya Sukendar pada 2016 lalu, bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat betapa pentingnya nilai gotong royong yang menjadi karakter masyarakat Sunda sejak zaman dulu.

Selain itu, seni budaya lainnya yakni bermain bola api, cambuk api, dan lisung ngamuk. Tak hanya itu, potensi lainnya adalah produk UMKM masyarakat setempat yang akan dikembangkan sehingga menjadi sebuah produk paket wisata di Waluran.

“Untuk boles atau bola api. Ini terbuat dari kelapa yang direndam miyak tanah dan dibakar, dimainkan oleh anak-anak yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Sehingga memainkan bola api ini aman. Ada juga cambuk api yang harus berdasarkan bimbingan dari orang yang sudah paham cara memainkannya.

Lalu ada lisung ngamuk. Lisung yang diangkat oleh beberapa orang. Ketika pawang sudah dimainkan, maka lisung ini seolah-olah tak terkendali. Orang yang mengangkatnya susah mengendalikannya. Karena muter-muter. Bahkan maju mundur sendiri,” papar Gingin.

Selain itu, Sentra Budaya Kampung Palapah Waluran juga pernah mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia Tahun 2020 dalam kategori pelestari.

Anungerah tersebut diberikan Direktorat Jendral Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan di Sekretariat Palapah tepatnya di Kampung Cimulek RT 003/004 Desa Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.

Lebih lanjut, secara geografis, Waluran berada dekat dengan potensi wisata unggulan di Sukabumi. Yakni Geopark Ciletuh atau Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGGp) yang menjadi ikon Sukabumi. Maka hal ini akan menambah khasanah potensi wisata yang ada di Kabupaten Sukabumi.

“Jadi wisatawan yang berlibur ke Geopark Ciletuh atau Pantai Karanghawu dan sekitarnya, bisa nanti mampir ke Kampung Palapah. Di sini, wisatawan bisa menyaksikan atraksi seni budaya yang sangat khas,” pungkas Gingin. (izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *